pagi di Bandara Hangzhou. Hujan. Alam pun berbahasa. |
Bagaimana rasanya ketika terbangun di negara yang berbeda?
Menyenangkan? Belum tentu.
Bagaimana jika terbangun di negara yang sama sekali aisng,
bahasa yang selama ini dianggap bahasa alien, tempat yang asing, dan sangat
sepi?
Oke, seru.
Bagaimana jika terbangun di negara yang sama sekali asing, bahasa yang
selama ini dianggap bahasa alien, tempat yang asing, sangat sepi dan dengan koper hilang yg berisi
persediaan dan barang” untuk 30 hari ke depan?
That’s what I face.
***
Waktu menunjukkan pukul 04.00 GMT+8 dan bandara masih sepi
–sangat sepi. Yang ada Cuma aku dan ibu-ibu pengambil sampah, yang tentu saja
ngga bisa bahasa inggris. Juanda pun mungkin jauh lebih ramai daripada Hangzhou International Airport jam segini.
Dalam hal seperti ini, ingin rasanya bertanya balik kepada
mereka yang menganggap hal semacam ini adalah zona nyaman, atau yang menganggap, it’s an easy thing, un-necessary
thing. How u can survive on this situation, Sir, Mam?
Ini bukan zona yg nyaman, sekali lagi saya katakan, bukan
hal yang menyenangkan. Kalau banyak yang melihat traveling itu selalu menyenangkan, itu hanya ada di
kisah mereka yang menggunakan travel agent. Itupun kalo bayarnya lebih mahal,
artinya ngga menjamin juga bahwa dengan travel agent pun, perjalanan akan lebih
menyenangkan karena hanya akan dibawa ke spot-spot wisata saja. Lagipula, aku
juga ngga dalam rangka traveling. Kurang tepat rasanya ketika mengatakan aku hanya traveling. Lebih tepatnya ya
memang student exchange. Traveling nya itu sifatnya curi-curi.
Dan yang aku alami ini, salah satu ceritanya. Lebih
tepatnya, cerita yang kurang menyenangkan.
Well, baru kali ini saya merasa benar-benar sendiri secara fisik. Lah gimana engga, blas ngga ada
orang.
Berkali-kali ingin rasanya mengutuki petugas air asia di
surabaya, buddyku yang ngga menjemput, dan wifi yang ngga ada yang nyantol
(parah ngga sih, di airport international pun wifi masih ngga bisa dipake).
Tapi ya sekali lagi, mengapa harus mengutuki “kegelapan”? dia ngga tentu bisa
berkurang.
Aku mencoba menyalakan terang dengan berserah pada-Nya.
Walaupun sendirian begini, aku ngga pernah merasa se-aman
ini, insyaallah. Mungkin karena jilbab yang aku kenakan.
***
Pukul 04.30, wifi alhamdulillah ada yang nyantol!
Ternyata Yang Maha Kuasa, mengizinkan aku untuk ngirim email, seenggaknya ke ibu, ayah, dan buddy untuk ngasih kabar :)
wah lagi di china ya? dalam rangka apa ni? tetap semangat dan hati2 di kampung orang nabilla :))
BalasHapusstudent exchange kak, udah 25 hari di china, akhir juli insyaallah pulang hehe
BalasHapussip kak, makasih :)