Ki-ka: Angga, Abang, I'in, Dyah, Kiki, Aulia, Aku, Prapti, Bella, Popo, Anis, Dian, Didin, Muchlas. |
Sebelum melanjutkan cerita yang told dan untold selama di Jepang, ada baiknya kalau saya perkenalkan dulu teman-teman seperjalanan kali ini. Berjumlah 14 orang, which is banyak bangeet untuk sebuah perjalanan singkat (10 hari). Menurutku maksimal teman perjalanan adalah 4 orang. Dua orang lah ya, yang paling sip. Uniknya, sekalipun kami berjumlah banyak orang, dengan perbedaan masing-masing, namun tetep saling pengertian dan dengan tulus mau saling mewarnai dan berbagi.
Kami bertemu ber tiga belas (saat itu Didin behalangan hadir) di ruang IO untuk perkenalan pertama. Seperti pada postingan sebelumnya bahwa satu-satunya orang yang sudah aku kenal adalah Angga, dari FEB. Kebetulan aku datang agak telat, aku duduk diantara Dian (Peternakan, yang kemudian aku ketahui adalah teman baiknya temen kosnya Nining, well emang agak mbulet), dan Kiky (PKH, yang kemudian jadi maskot kami).
Dari perkenalan singkat, kami memiliki banyak perbedaan, tapi juga ada kesamaan secara garis besar. Pertama, mayoritas memiliki prestasi masing-masing. Kebanyakan di bidang pengalaman organisasi, karya tulis dan nari. Kedua, masing-masing punya potensi yang menonjol, sehingga Pak Heri nggak kesulitan untuk mem-PJ-kan siapa bagian desain, siapa bagian motret, siapa bagian ngabisin makanan, dan lain-lain. Ketiga, kami sama-sama belum pernah ke Jepang dan jelas SANGAT EXCITED. Pada pertemuan selanjutnya, untuk latihan tari indang, kami makin kompak dan ngerasa klop satu sama lain.
Dalam tulisan kali ini, aku berusaha meringkas hal2 apa saja yang paling dominan ada di ingatan. Karena jemari ini membutuhkan waktu berhari hari untuk menceritakan secara detail mengenai apa, siapa, dan bagaimana mereka, serta momen apa saja yang telah kami lalui bersama.
Dalam tulisan kali ini, aku berusaha meringkas hal2 apa saja yang paling dominan ada di ingatan. Karena jemari ini membutuhkan waktu berhari hari untuk menceritakan secara detail mengenai apa, siapa, dan bagaimana mereka, serta momen apa saja yang telah kami lalui bersama.
So, here they are..
1. Rizky Pamwidya Aprilia (Kiky). Seorang mahasiswi dari Program Kedokteran Hewan, angkatan 2010. Sebelum ke Jepang, dia udah pernah ke Korea Selatan untuk mengikuti program serupa. Dia dipanggil "Bude" sama temen-temen. Orangnya muedok banget. Kerjaannya malem-malem kalo di hotel, juga di bandara, adalah skype-an. Hal pertama yang paling ku ingat tentang Kiky adalah pada hari Kamis, 28 November, menjadi hari pertama bagi kami untuk bangun pagi-pagi karena kuliah pagi dimulai pada pukul 08.45. Sedangkan beberapa dari kami masih lelah dan susah bangun. Akibatnya, kami bangun dan sarapan sangat mepet. Kami baru keluar hotel pukul 08.20 dan ternyata, bis yang akan kami naiki sedang berjalan menuju halte. Segera tanggap, kami langsung berlari-lari. Abang (Randhy), si wakil ketua tim, berteriak sambil berlari, “guys, buruan, bisnya sudah di belakang!”
Aku dan Prapti yang kebetulan berjalan bebarengan, langsung menoleh ke belakang dan lari, bisnya sudah sangat dekat. Di Jepang, tidak ada kata molor. Sekalipun jadwal adalah 08.21, bis tidak akan datang pukul 08.22, apalagi 08.25. teman-teman yang masih di belakang juga ikut berlarian, pun sensei Isma dan si kecil Ayska-chan.
Saat semua sudah memasuki bis, Angga menjadi orang terakhir yang akan menaiki bis. Tiba-tiba terdengar suara medok dari kejauhan, “bro, enteni, bro!!” si pemilik suara berlari terengah-engah. Ternyata Kiki tertinggal jauh di belakang. Kami yang di dalam bis sudah panik karena tidak enak dengan penumpang lain yang menunggu. Angga sengaja menahan jalannya bis dengan tidak menaikinya terlebih dahulu, mengganjal pintu agar tetap terbuka dengan kakinya. Kami menunggu sekitar 2 menit, barulah Kiky memasuki bis. Alhamdulillah. Begitu nyampe Hirodai, kejadian itu menjadi bahan tertawaan, juga pada hari - hari selanjutnya.
Hal kedua yang dominan tentang Kiky adalah, menjelang penghujung hari-hari kami di Hiroshima, Kiky tiba-tiba berucap yang nggak biasa saat berada di dalam bis menuju hotel. "Rek, aku bakal kangen kalian.." dengan suara khas Kiki. dan pada saat itu, bis begitu hening (wajarnya memang begini di Jepang) dan lantas kami pun tertawa.
2. Angga Erlando. (Angga, kadang-kadang minta dipanggil 'Erlando') . Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis, jurusan Ilmu Ekonomi, 2010. Aku dan Angga pernah bertemu dalam beberapa forum, terutama waktu maba, yakni Sekolah Kebangsaan dan Lomba PKM GT Maba. Dia piawai banget dalam penulisan karya tulis, PKM, dan tulis menulis lainnya. Berulang kali ikut lomba, berulang kali juga juara. Yang bikin ngiri maksimal, Angga sudah pernah ke Maluku dan Lombok, yang dulu, dengan entengnya mamerin foto pantai di facebook! errgh!!
Angga orangnya agak koplak, entahlah apa definisi koplak itu. Yang jelas dia sering banget bilang koplak, malah kadang ditambahin 's' jadi terdengar koplaks. Didin sampe berulang kali protes karena dia terlalu sering berucap demikian. Pernah juga, 28 November malam, saat kami mengantri untuk makan malam di Ootoya, Didin nanya sesuatu ke Angga.
"Mr. Angga, do you like English?" Didin bertanya dengan aksen American English nya. dan dengan koplaknya, Angga menjawab,
"LIKE...LIKE..."
Didin tidak mempersoalkan jawaban Angga yang jelas menyalahi grammar. Dia bertanya lagi,
"British or American English?"
Angga dengan mantap menjawab, "JAVANESSE"
Didin langsung protes. Prapti yang mendengar percakapan konyol itu buru-buru cerita ke aku. Aku jelas langsung tertawa. Koplaks.
Another koplaks moment is waktu kami nge-zonk di Zen Meditation. Akan aku ceritakan lebih lengkap di postingan lain. Yang jelas, kebanyakan dari kami, nggak ada yang betah dengan meditasi itu. Aku pun usrek pindah posisi kaki dan sesekali membuka mata menoleh di belakang. Kebetulan aku duduk di depan dan ada 2 baris di belakangku. Tepat di belakangku adalah Abang, di samping abang ada Didin, di samping Didin ada Angga. Sebelah kananku Aulia, sebelah kiri ku Anis. Sebelahnya anis, ada Muchlas. Karena Zen Meditation sangat boring, aku melirik ke belakang-kiri, aku lihat Didin ndoweh. Aku kira dia tertidur. Aku lihat arah belakang-kanan. Beberapa temen terlihat serius. Aku pun kembali meluruskan pandangan dan ruangan kembali hening. Nggak lama, aku mendengar suara dengkuran yang pelan tapi tajam, agak lama pula. Aku menduga ini kerjaannya Didin. Aku, Anis, dan Aulia, juga Kiky menahan tertawa karena mendengar suara ngorok itu. Begitu meditasi kelar, aku langsung menuding Didin.
"Din, lu ngorok ya?!"
Didin berdalih, "No, Miss Nabill, bukan aku, mas angga nih!" Didin pun menunjuk Angga, dia gak terima tak tuduh-tuduh ngorok. Angga membuka kedua tangannya hingga keduanya membentuk angka 5 dan seolah memberi isyarat, bukan gue ditambah dengan muka innocent nya. Karena aku nggak percaya Didin, aku kembali menuding Didin dan bersikukuh kalo Didin adalah tersangka. Didin protes karena aku nggak percaya, dia kembali meyakinkan dengan muka jujur bahwa dia nggak ngorok. Akhirnya Angga sambil ketawa-ketiwi ngaku kalo dia yang ngorok. Ealaah.
Angga juga satu-satunya peserta yang membawa kopyah hitam lengkap dengan lambang garuda, persis properti seorang paskibra.
3. Aulia Kusuma Wardani. Mahasiswi Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Kimia, 2011. Sebelum ke Jepang, Aul juga sudah pernah ke China dan Hongkong untuk ikut program yang sejenis. Aulia ini termasuk imut, mini-mini gitu. Diantara kami berempat belas, dia satu-satunya yang paling deket dengan Ay-chan , putrinya Isma Sensei. Aku, Dyah, Prapti, Anis juga sering main sama Ay-chan, cuman Aul ini yang paling bisa bercandaan ama Ay-chan. Aul ini bawel abis, suaranya melengking, rame banget deh. Tapi dia care sama temen-temennya, dan suka manja sama yang lebih tua. Aul biasanya yang panggil aku "bunda", ekekke iyuh banget.
Mungkin karena Aul yang mini-mini gitu, dia jadi terlihat lebih lincah, bawaannya juga cheerful. Aku pernah merasa begitu bersalah sama Aul saat di bandara Hiroshima menuju pulang ke Indonesia. Aku yang kala itu agak bete lantaran koper yang kelebihan muatan, which is sebenarnya salahku sendiri. Aul kemudian menyayangkan beberapa teman yang kopernya masih longgar dan mengandai-andai jika saja barang2 yang kelebihan dapat di merger di koper temen2 yang lain. Aul mencoba untuk menenangkan aku yang bete, tapii aku malah pasang muka acuh. Maafkan aku uuul huhu :'(
4. Anis Fitriana. Mahasiswi Fakultas Kedokteran, Jurusan Pendidikan Dokter, 2011. Calon dokter cantik dari Bandung yang selalu stand by ngerawat dan nanyain "sakit apa?" hehehe. Sebelum berangkat, Anis udah bagi-bagi obat aja untuk dibawa ke Jepang. Anis selalu ngeksis di setiap foto. Dia pun terlihat kecewa pas nggak diajak gowes di tanggal 4 dan ketinggalan foto di Miyajima. Maaf nis, overmacht, tanggal 4 kemarin sepedanya abis :D
Anis anaknya rajin banget, rajin khas seorang calon dokter. Dia pernah cerita bahwa dia bisa dengan mudahnya bedagang untuk menyelesaikan tugas, daripada tidur dahulu, baru bangun menjelang subuh untuk menyelesaikan tugas.
Anis anaknya rajin banget, rajin khas seorang calon dokter. Dia pernah cerita bahwa dia bisa dengan mudahnya bedagang untuk menyelesaikan tugas, daripada tidur dahulu, baru bangun menjelang subuh untuk menyelesaikan tugas.
Tanggal 5, sehari sebelum meninggalkan Hiroshima, Anis, aku, prapti, angga, muchlas, abang, i'in dan bella, memutuskan untuk bersepeda bareng. Sayangnya, sepedanya habis dan Anis nggak kebagian. Dia pun merajuk temen2 cowok untuk memboncengnya. Tapi Jepang bukanlah Indonesia. Jepang ketat banget dalam menerapkan larangan boncengan di sepeda ontel. Dia nggak mau tinggal sendiri di hotel, sementara teman2 lain ada agenda masing-masing. Kami memutar otak dan teringat bahwa ada sepeda sensei yang bisa dipinjam. Dia akhirnya pasang muka hore.
Anis pernah begitu galak dan marah gegara Didin cengegesan di latian terakhir. Marahnya Anis membuat Didin langsung meneng cep. Tapi sekarang udah baikan lah ya :D
Anis pernah begitu galak dan marah gegara Didin cengegesan di latian terakhir. Marahnya Anis membuat Didin langsung meneng cep. Tapi sekarang udah baikan lah ya :D
5. Suprapti Andayani. Mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya jurusan Sastra Jepang, 2011. Prapti ini best friend on trip banget lah. Entah gimana ceritanya, kami langsung aja sering bebarengan sejak hari pertama dan ngerasa klop. Prapti bilang, dia klop sama aku karena dalam beberapa hal kami sama, salah satunya, aku bukan tipikal orang yang kepo. atau singkat kata, aku agak cuek. weleh weleh.. Prapti ini jujur dan helper banget. Dia mau aja njawab apapun yang aku tanyain soal Jepang dan budaya-budaya di Jepang. Prapti juga yang mengingatkan kami untuk selalu lebih sopan, karena pada dasarnya orang Jepang juga punya budaya sungkanan.
Prapti dengan cepat kami daulat menjadi ketua tim, jelas alasan utamanya adalah karena dia yang satu-satunya bisa berbahasa Jepang. Dia kemudian menjadi orang yang kami repotin, terutama saat beli makan dan belanja. Tapi Prapti nggak pernah merasa keberatan dengan itu semua, dia malah bersyukur karena bisa praktik dan menambah kosa kata. Dia suka ngelihat jepretanku yang bokeh (istilah dunia fotografi untuk foto yang ngeblur di belakang dan fokus pada objek). Sekalipun dia satu tahun lebih muda, aku tidak pernah merasa dia adalah adik tingkat. Dalam beberapa obrolan dengannya, aku merasa kami adalah teman sebaya, nyambung dan klop aja. Prapti juga bercita-cita untuk suatu saat nanti kembali lagi ke Jepang, ke Hokkaido terutama. Semoga saja ya :)
6. Nabilla Desyalika Putri. No explanation.
7. Didin Wahyudi. Mahasiswa Fakultas Pertanian, 2011. Well, Didin..
Teringat banget saat pertama ketemu Didin di depan rektorat untuk nge-arrange kegiatan tari-tarian di Jepang nanti. Kami bercas cis cus pake bahasa Indonesia dan Didin hanya diam. Sekalinya dia bicara, yang dia katakan (dalam bahsa Indonesia) adalah "Guys, aku lebih baik diam daripada ngomong bahasa Indonesia. Aku lebih suka bahsa Inggris agar terbiasa.." langsung seketika kami diem. Didin serius amat sih.. :D
Tapi lama kelamaan, kami nggak bisa menyembunyikan gelak tawa tiap kali mendengar dan melihat cara Didin berbicara dengan aksen American Englishnya. Aku akhirnya jujur sama Didin kalo aku suka geli sendiri denger dan ngelihat Didin bicara, sekalipun di satu sisi kagum atas kemampuan berbahasa Inggrisnya. Didin bilang, lebih baik orang menertawakan dari pada membencinya. Jadi perkara ini nggak jadi masalah buat Didin. Suatu ketika aku pernah bertanya, kamu belajar bahasa Inggris dari mana din? dia jawab, "otodidak aja mbak," hebat banget ya!
Karena sangat kaku, Dian sering banget godain Didin. Dian pun nanya, tipe cewek yang kamu suka kayak gimana sih Din? Didin menjawab dengan antusias,
"Pertama, dia harus muslim, kedua dia harus lancar bahasa Inggris, ketiga, dia berdarah eropa."
Wuiih beratt!!
Didin pun lama kelamaan maklum dengan berbagai kekonyolan kami. Seringnya, Didin jalan dan curhat sama Angga. Dia juga suka banget ngajak orang berdiskusi. Denganku, dia pernah dua kali ngajak diskusi. Pertama, mengenai hukum agraria, kebetulan aku pun mengambil konsentrasi hukum agraria jadi nyambung aja diajak diskusi. Kedua, Didin nanya ke aku apakah aku setuju jika Indonesia menjadi negara Islam. Didin ngajak diskusi sambil berjalan menuju Ootoya, saking asiknya diskusi, kami ditegur bahwa restorannya sudah terlewat.
Saat hari pertama sarapan di Hotel, yakni tanggal 27 pagi, kebetulan aku satu meja dengan Didin, Abang, dan Angga. Aku, Abang, dan Angga makan dengan lahap. Bahkan Aku dan Angga pun nambah nasi dan beberapa lauk. Sedangkan Didin, dia melihat makanan di hadapannya dengan muka jijay, apalagi saat Didin ngelihat Abang makan tofu jepang yang masih berair, teksturnya kenyal dan mirip jelly. Didin memegang sumpitnya dan mencoba mempelajari tekstur si tofu sebelum memutuskan untuk memakannya atau tidak. Kemudian dia hanya berkomentar singkat, "Iyuh..."
Sehingga Didin pun menjadi khas dengan beberapa tagline nya yakni Iyuuh, You know.., I'm alike...
Sehingga Didin pun menjadi khas dengan beberapa tagline nya yakni Iyuuh, You know.., I'm alike...
Masing-masing dari kami memiliki momen berkesan masing-masing. Bagi Didin, yang paling membahagiakan dari perjalanan kemarin adalah dia bisa bertemu bule-bule, mulai dari Israel, Eropa, New Zealand, bahkan USA. Didin excited banget, "I really wanna go to USA!" dia berulang kali mengatakan hal itu. oke Din, we'll sincerely pray for you, Bro!
8. Muchlas Mughniy. Mahasiswa PTIIK, 2010. Panggilan dan nama twitternya adalah salchum. Baru aku ketahui belakangan bahwa salchum adalah bahasa walikan dari Muchlas. Aku biasa memanggilnya "Muc". Muchlas doyan banget gowes (sepedaan) . Bahkan saat kami nge gowes bareng sama angga, prapti, abang; muhlas dan angga yang terlihat paling lihai dan nggak terlelah, beda sama aku dan prapti yang sesekali turun dan menuntun sepeda ontel kami. Muchlas juga doyan fotografi dan cepat banget menyerap pelajaran bahasa Jepang.
Muchlas ini, pernah tertinggal di hotel tanpa kami sadari. Parah kan? Ini kedua kalinya kami meninggalkan member, setelah kejadian pertama si Kiky yang hampir tertinggal bis, dan Muchlas. Dia tertinggal di hotel saat kami berjalan kaki menuju apartmen lama sensei. Kami berkumpul disana untuk selanjutnya dibawa ke Islamic Cultural Center. Sudah hampir dekat, Abang baru bertanya, "Rek.. Muchlas dimana ya?" dan Muchlas pun resmi tertinggal. Sesampainya di apartmen sensei, abang dan angga meminta izin untuk kembali pulang untuk menjemput muchlas. Karena takut nyasar, sensei menyuruh kak Dida untuk menjemput Muchlas. Untungnya dia nggak ngambek hehe.
9. Dian Sukma Wijayanti Muslih. Mahasiswi Fakultas Peternakan, 2011. Dian ini stylish banget, berbehel, dan rambutnya bagus. Yang khas dari dian adalah ketawanya yang lepas, ngakak, dan cenderung ngece hehe. Beberapa kali dia melet sambil tertawa. Dia juga salah satu peramai, dimanapun ada dian, pasti rame.
Sampe-sampe dia bingung waktu abang ngingetin biar ramenya dikurangin. "Trus aku kudu gimana dong.." alhasil selama di bis, dian mengeluarkan amunisi biar bisa diam dikit. Andalannya adalah headset plus i-pod nya. Saat di pesawat, dian membantu kami mengidentifikasi, apakah makanan yang kami makan berupa pork atau bukan.
Dian juga ngerasa zonk banget waktu beli tas tipe totte bag standar seharga 2100 yen, yang semula dia kira hanya 210 yen. Kata Anis, Dian ini the mother of zonk. Soalnya sering banget dapet zonk. Tapi pada akhirnya lebih zonk aku dan popo deh, yang harus merogoh uang untuk membayar kelebihan bagasi. Hiks. Jerman menjadi negara yang paling pengen dikunjungi. Good luck, girl! You'll get it!
10. Randhy Dwi Rendrahadi. Mahasiswa Fakultas MIPA, 2010. Kami memanggilnya Abang, karena saat pertama kali perkenalan bareng, dia yang mengintroduksi panggilan Abang untuk dirinya. Awalnya, kami mengira abang ini adalah member atau setidak-tidaknya simpatisan dari salah satu omek. Ternyata, dia dalah anak anti-omek hohoho. Kami beberapa kali berdiskusi soal politik kampus bersama angga dan muchlas, yang mana terdengar seru juga sepak terjang abang di organisasi.
Abang cuman bisa pasrah saat kami tunjuk jadi wakil ketua. Tapi kemampuan leadershipnya cukup kuat, hal ini terbukti saat dengan suksesnya abang selalu bisa membangunkan kami dengan berkali-kali menggedor pintu subuh-subuh plus nelponin satu-satu. Dia ndeketin deket sama salah satu mahasiswa unyu di Hirodai, namanya Michiko. Michiko emang outlooknya terlihat lucu dan cute. Dia juga ramah, wajar ya abang ndeketin, entah untuk guyonan atau serius, ini hak prerogatif abang hahaha.
Abang yang seorang menteri PSDM di BEM MIPA, merasa begitu terinspirasi selama di Jepang, negara yang selama ini di impi-impikan. Dia pun merajuk aku dan angga untuk ngeshoot beberapa video motivasi , yah 11-22 ama mario teguh lah ya..
Abang yang seorang menteri PSDM di BEM MIPA, merasa begitu terinspirasi selama di Jepang, negara yang selama ini di impi-impikan. Dia pun merajuk aku dan angga untuk ngeshoot beberapa video motivasi , yah 11-22 ama mario teguh lah ya..
11. Halimatus Sa'diah. Mahasiswi FTP 2010. Dyah ini juga hampir sama kayak Angga, piawai dalam hal tulis menulis. Sebelum berangkat ke Hiroshima, Dyah pun nyempetin untuk ikutan lomba di Jakarta. Sayangnya karena kecapean, Dyah jadi ngedrop waktu di Jepang dan sakit di hari-hari terakhir. Sehingga dyah pun nggak bisa ikutan farewell party karena mual.
Dyah ini yang kami panggil dengan sebutan 'Mak'. Seringnya jalan sama Aul dan Kiky. Dyah juga ikhlas banget waktu kamarnya diacak-acak buat jadi mabes gila-gilaan, masak mie, dan latihan nari. Salah satu kesukaan dyah, yang sebenernnya nggak baik, adalah konsumsi soda berlebihan. Semoga makin lama makin berkurang ya, Mak! Demi kesehatanmu, mumumu..
12. Roro Bella Ayu Wandani. Mahasiswi Fakultas Ilmu Administrasi, Jurusan Perpajakan, 2010. Bella menjadi partnerku untuk nari Bali. Dia ketua SSM, semacam lembaga otonom di FIA yang menangani budaya dan kesenian. Karena kesibukan kami masing-masing,tari pendet yang seharusnya kami pentaskan full, terpaksa dipotong menjadi sampai ragam ke 3 kalo nggak ke 4. Ya alhamdulillah sih hehe, dengan waktu yang singkat, menghafal banyak gerakan kan nggak mudah juga. Bella ternyata juga kenal dengan saudaraku, Nia, yang aktif di berbagai forum berfokus pada pendidikan dan anti korupsi di Jakarta. Sehingga dalam beberapa obrolan pun aku nyambung dengannya.
Di awal kedatangan, Bella sempet sakit, mungkin karena nggak tahan dengan cuaca dingin. Denger-denger, waktu di Hiroshima ada yang pedekate.in, sapa ya? :p
13. Nurul Mutmainnah. Mahasiswi Fakultas Ilmu Perikanan dan Kelautan, 2011. I'in anaknya girlie abis, waktu berangkat pun agak rempong, bawa boneka kecil yang unyu. Sama seperti Anis, I'in selalu ngeksis di setiap foto bareng. Dia juga selalu aktif dalam diskusi-diskusi kelas dan kunjungan perusahaan. Dia aktif dalam forum Indonesian Youth Water, dan hampir di setiap pemandangan bagus, I'in selalu mengeluarkan notes kecil bertuliskan nama pacarnya. Ciu ciuuu..
Di hari terakhir, I'in sempat khawatir banget lantaran Abang yang katanya, marah besar sama i'in dan dyah. Gara-garanya, Abang ngerasa temen2 mengganggu waktunya Abang dengan Michiko. I'in pun khawatir dan berhubung kamarnya di depan kamarku, dia cerita sama aku. Aku menyarankan agar abang dibiarkan dulu. Ternyata setelah kroscek ke abang, abang malah ketawa dan berkomentar, "ya ampun aku cuman bercanda.."
14. Anindya Putri Pangriptaloka. Mahasiswi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Jurusan Hubungan Internasional 2011. Panggilannya Popo. Dia stunning banget, seorang cewek yang up to date soal fashion, brand, dan lain sebagainya. Jelas erat kaitannya dengan kegemaran belanja hehe.
Saat berada di 2nd Street, Popo dengan mudah bisa mengidentifikasi yang mana produk yang masih baru, yang mana yang asli, dan lain sebagainya. Dia jago banget untuk urusan belanja, jago.an dia dari pada aku. Wawasannya juga luas, hampir setiap diajak ngobrol apa aja, Popo nyambung. Dia yang pada awalnya kecewa karena nggak keturutan ke Hondori (pusat perbelanjaan terkenal di Hiroshima) akhirnya sumringah total saat Michiko menawarkan untuk mengantarkan Popo dan Dian kesana di hari terakhir kami di Hiroshima.
***
Kami memang, secara kebetulan, dipertemukan dalam 10 hari yang sangat berharga.
Setidaknya bagiku, kebetulan ini serasa kaya makna.
Apa pastinya, tidak ada satupun dari kami yang bisa menduga,
karena itu adalah sebenar-benar rahasiaNya.
Namun satu harap pasti, semoga ikatan persaudaraan ini adalah selamanya,
menjadi ikatan yang diridhaiNya.
Kami memang, secara kebetulan, dipertemukan dalam 10 hari yang sangat berharga.
Setidaknya bagiku, kebetulan ini serasa kaya makna.
Apa pastinya, tidak ada satupun dari kami yang bisa menduga,
karena itu adalah sebenar-benar rahasiaNya.
Namun satu harap pasti, semoga ikatan persaudaraan ini adalah selamanya,
menjadi ikatan yang diridhaiNya.
another crazy moment |
Kangeeen.. Nabilaaa.. masih nyimpen foto2 pas di Jepang kan?.. entar kalau aku di malang minta ya.. laptopku rusak yang kupakai dulu
BalasHapus