Sudah baca tips dari aku untuk sukses menyusui di link ini, kan?
Satu yang lupa aku tambahkan yaitu mengenai sirkulasi ASI. Penting
sekali untuk mengosongkan ASI baik untuk bunda bekerja kantoran, bunda bekerja
di rumah, maupun ibu rumah tangga. Sebab, pengosongan ASI merangsang “pabrik”
untuk terus produksi sesuai permintan sehingga menghindarkan kemungkinan ASI
mampet. Meskipun sebetulnya bunda yang direct
breastfeeding dengan rutin tanpa memakai dot dan sufor sama sekali, tidak
perlu khawatir ASI mampet karena baby akan terus minta sesuai kebutuhan dia.
Buat para bunda baru, nanti jangan kaget ya kalau di awal
melahirkan ASI nggak langsung keluar. Jangan terlalu terbawa foto para emak-emak
yang suka ngeshare hasil perahan ASIPnya. Realitanya butuh jalan panjang bisa
mendapat ASI berlimpah. Tapi sebetulnya, nggak perlu berharap ASI berlimpah.
ASI yang CUKUP itu sudah sangat baik untuk si kecil. Nah, sebetulnya ada kok beberapa
hal yang bisa dilakukan untuk menstimulasi agar ASI bisa terus produksi dengan lancar,
diantara:
1.
Minum vitamin perangsang
hormon ASI. Dulu aku diberi vitamin ini sama Dokter Enny di Jogja (lupa nama
vitaminnya apa) plus diberi Nutribreast sama Dokter Indra sebelum dan sesudah
melahirkan di Sidoarjo. Rupanya lama-lama jadi ada perubahan di PD. Beberapa
minggu sebelum lahiran, ASI ku sudah keluar duluan. Sempet panik juga sih, tapi
rupanya itu hal yang wajar dan harus disyukuri.
2.
IMD , ini rekomendasi WHO
sebagai salah satu langkah awal yang penting untuk sukses menyusui. Apa itu IMD
bisa googling sendiri ya. Aku dulu gak dapet momen ini, yaa udah ku ceritain
disini ya. Nggak dapat momen IMD gapapa kok, bisa seperti aku dimana transfer
ASI bisa dibantu oleh suster dengan cara diperah dengan tangan (ingat,
awal2 menyusui belum butuh pompa ASI! Stay tune nanti aku ceritakan alasannya
kenapa) dan diambil menggunakan spuit / pipet, bukan dengan botol.
Kebutuhan ASI pada bayi newborn itu
masih sangat sedikiitt… ditambah lagi saat baru lahir, baby masih menyimpan cadangan makanan yang dia dapat dari plasenta.
Itu dalam kondisi normal, jika misal ada pada kondisi lain misalnya prematur
atau dll, biasanya rumah sakit yang pro ASI akan memberikan cairan tertentu gitu, yang jelas nggak ujug-ujug ngasih sufor tanpa indikasi medis yang jelas.
3. Jika sudah memungkinkan
untuk menyusui langsung, segera lakukan. Rangsangan utama agar ASI selalu
keluar adalah air liur dan kenyotan si baby.
Misalnya 1 hari belum keluar banyak, gapapa, usahain jangan sedih dan justru
harus terus dan rutin dinenenin. Ini ada tantangannya ya.. karena
kalau keluarga (atau bahkan) suami kita gupuh, bakal keluar kalimat macam,
“lhoo nanti gimana dia kelaparan, sudah minum sufor aja!”. Makanya penting
banget untuk mengedukasi keluarga dan menjaga visi sama suami, plus
memilih rumah sakit / bidan yang tepat untuk melahirkan.
4.
Kalau sudah nenenin
langsung, jangan kaget kalau payudara (PD) jadi membesar dan agak bengkak. Itu
karna pabrik ASI nya lagi sregep
produksi dan mengikuti ritme minum si bayi. Fyi,
bayi baru lahir yang minum ASI itu bakal sering haus dan lapar (terkesan gak
kenyang-kenyang) plus bakal sering pipis dan BAB juga. Sebab ASI memang
satu-satunya asupan yang mudah diserap oleh ususnya. Ini wajar yaa.. kalau bayi
yang minum sufor cenderung lebih anteng tidurnya karena lebih mengenyangkan.
Jangan lupa koreksi bagaimana tekstur dan warna BAB nya juga, sebab itu adalah
indikator kecukupan ASI yang diminum si baby.
Dalam kondisi ini, jangan buru-buru juga terkompori sama yang bilang, “eeh itu
perutnya krucuk-krucuk, ayok dikasih gedhang!” Plis jangaaaannn…
5.
Seminggu atau 2 minggu
setelah melahirkan, atau kalau dirasa pabrik ASI-nya sudah mulai kerja rodi, para
bunda bisa memulai aktivitas pumping.
Bisa dengan pompa ASI maupun manual dengan tangan. Ada lho, temen-temen yang
jago banget memerah ASI manual pake tangan dan sebenernya justru itu yang lebih
dianjurkan oleh AIMI. Tapi aku selalu gagal dan gak berani lagi setelah aku
mencoba memerah sendiri dan ujung-ujungnya PD nyeri. Memang ada cara dan
kursusnya sih, katanya.
Pompa ASI idealnya digunakan beberapa minggu atau hari setelah
melahirkan, jangan 1-3 hari setelah melahirkan karena biasanya pada hari-hari
itu ASI masih butuh pembiasaan untuk keluar dan cara yang paling efektif untuk
mengeluarkannya adalah dinenenin langsung atau diperah alami pakai tangan. Sering
kali hasil yang keluar di awal melahirkan sangat sedikit. Kalau sudah langsung
pakai botol ASIP, biasanya pada minder duluaaan.. hehe. Kalau sudah minder dan
mengganggu mood, itu bakal mengganggu keluarnya ASI juga. Inga..inga..kunci ASI
lancar adalah kebahagiaan seorang bunda. ASI itu cairan cinta, memberikannya
juga harus sepenuh cinta dan rasa bahagia.
Pompa ASI ada 2 jenis yaitu yang manual dan elektrik. Kalau manual sudah pasti digerakin pake tenaga manusia, kalau elektrik pake mesin. Apa berarti yang pake mesin sudah pasti yang terbaik dan lebih menghasilkan banyak ASI? Belum tentu. Apa kalau pake mesin itu lebih berbahaya, takutnya nyetrum? Gak juga.
Satu hal yang sangat penting untuk diketahui sebelum membeli pompa
ASI: POMPA
ASI ITU COCOK-COCOK-AN. Bener-bener bakal beda hasil antara satu ibu
dengan yang lain. Secara pabriknya beda, bentuk PD dan putingnya juga beda.
Kalau ada temen yang punya, bisa pinjam dulu untuk nyoba cocok atau enggaknya.
Atau bisa juga sewa, tapi dipakai untuk mencoba aja. Hasil perahannya jangan
diminumkan ke anak karena aku baca (dan rekomendasi dokter juga) bahwa pompa
ASI sebaiknya tidak dipinjamkan ke banyak orang karena ada unsur DNA dalam ASI.
Kemudian ada juga single
breast pump (satu botol) dan double (dua
botol, satu mesin). Saranku, jika punya budget lebih, belilah yang double terutama kalau kamu working at office mom. Soalnya yang double jauuuh lebih efektif dan
mengikuti cara kerja alami keluarnya ASI dari PD. Kalau satu PD lagi Let Down Reflex (LDR) dan keluar banyak,
bisa memicu PD lainnya juga. Jadi harapannya bisa lebih meningkatkan produksi
ASI. Biasanya harga pompa ASI yang double
(dengan kualitas prima) harganya diatas 1,5 juta.
---
Aku berterima kasih banget sama temen-temen Mandalika (dulunya dia
setans) yang memberiku hadiah pompa ASI Medela Harmony Lite (MeHar). Sangat
membantuku untuk belajar mompa ASI manual di awal proses menyusui. Tapiii..
sayangnya hasil perahan cuman basahin pantat botol. Jujur saja jadi agak
pesimis hehe. Akhirnya aku mencoba beberapa breast
pump yang review jujur-jujurannya bisa dibaca disini:
Pertama, aku pakai Medela
Harmony atau disini aku singkat sebagai Mehar. Sebagai awalan dan untuk
belajar, Mehar ini cukup ringan dan simple. Cara pakainya juga sangat mudah,
hanya perlu menekan tuasnya berulang hingga ASI keluar. Cuman… pegel bok.
Hehehe. Udah gitu keluarnya duikitt banget cuman basahin pantat botol, paling
banter 30 cc itupun ngoyo banget. Awalnya aku pikir wajar. Tapi setelah aku
baca baru aku merasa mungkin saja PD ku nggak cocok dengan Mehar. Ada juga lho
bunda yang cocok sama Mehar. Terbukti dia salah satu best seller produk Medela. Jadi permintaannya juga pasti banyak.
Untuk harga, aku kurang tahu pastinya karena ini dapat kado. Sempat aku cek di
Google, antara 300 ribu sampai 500 ribuan lah.
Oiya, dalam satu dus, itu sudah disertai dengan botol dot. Aku
sempat menggunakannya untuk Mahira, tapi botol dotnya kurang elastis dan nggak
cocok di Mahira.
Kedua, aku sewa Medela
Mini Elektrik atau lebih familiar dengan nama Minel di Pusat Laktasi Malang.
Aku sewa disana karena ownernya dokter dan insyaallah amanah. Aku inginnya testing dulu aja, soalnya meskipun punya
beberapa kekurangan, minel kok laris ya dan banyak yang cocok. Selain itu
harganya lebih bersahabat dibanding pompa elektrik lainnya yaitu sekitar 800
ribu sampai 1 juta.
Sebelumnya aku sudah baca tentang minel yang punya kelemahan mencolok
yaitu pada mesinnya yang berisik. Jadi kalau mau uji coba, usahakan diluar
kamar. Pemakaiannya juga mudah, tinggal nyalakan tombol on off dan atur getaran (seingatku ada 3 getaran). Tapi.. lagi-lagi
gak cocok di aku. Malah lebih parah, sama sekali tidak ada ASI yang keluar.
Tarikannya itu hanya menggetarkan puting dan tidak menghisapnya seperti kalau baby lagi mimik. Wes, gatot deh. Tidak
sampai 2 minggu sudah ku kembalikan. Kita
tidak berjodoh, Nel...
Terakhir, setelah baca berbagai
review dan saran dari Mba Nindha, aku beli Spectra 9s. Produk Spectra
yang ini sebetulnya punya “kakak” yaitu Spectra 9+ tapi aku
lebih memilih beli yang ini karena:
(1) lebih murah, lumayan sih kaceknya sama Spectra 9+. Seingatku dulu
aku beli 1,5 juta-an di asibayi.com. Awal-awal melahirkan aku keluar budget
cukup banyak untuk urusan lain, jadi aku menekan budget juga untuk beli pompa
ASI.
(2) menurutku lebih enak dibawa kemana-mana karena sumber
tenaganya banyak, bisa pakai charger bawaan, pakai kabel data, dan baterai. Aku
biasa pakai energi dari powerbank. Kalau lupa bawa powerbank bisa dicolok ke
laptop. Kalau lupa juga, mampir warung dan beli baterai. Menurutku ini lebih
awet ketimbang punya kakaknya yang sudah punya baterai sendiri, jadi kalau mau
pakai harus di charge dulu. Kalau kelupaan, nggak bisa pake deh.
Oiya, enaknya Spectra 9s dan 9+ ini dia bisa dialihkan jadi pompa
manual, tinggal dipasang tuas aja. Sudah gitu harganya lebih muraah dibanding
temen-temen sekelasnya. Gimana aku gak cinta....
Spectra 9+ |
Aku menggunakan pompa ASI ini sejak usia Mahira 1 setengah bulan
sampai sekarang (19 bulan). Beberapa kelebihan Spectra 9S yang aku suka antara lain:
(1) Ada 2 mode yaitu mode massage
(mode hisap pendek-cepat) dan expression
(mode hisap panjang, menarik lebih banyak ASI untuk keluar) yang menirukan cara
bayi nenen. Pemakaian awal pakai mode massage
dulu untuk memicu LDR, aku biasa pakai mode massage
sekitar 3 menit sudah cukup. Tergantung kebutuhan ya, toh nanti bisa di switch dengan mudah. Kalau si LDR sudah
datang, nah langsung pindah ke mode expression.
Ini momen favoritku, soalnya langsung banyak dia nariknya ASI-nya. Botol pun
cepet penuh.
(2) Kemudian dia juga mati otomatis setelah 30 menit; soalnya kan
memang nggak boleh memompa terlalu lama. Nggak baik untuk jaringan payudara.
(3) Sparepart-nya mudah didapat. Pengalamanku, yang mudah robek itu
valve nya karena memang sensitif banget.
(4) Perawatannya mudah. Asal mesinnya nggak kemasukan air aja, insya
Allah awet.
(5) Bisa dipakai jadi single
bottle atau double. Aku biasanya
kalau lagi nenenin Mahira sekalian aku sambi mompa dengan satu botol karena eman-eman sama ASI yang merembes di PD
satunya. Tapi ini berlaku sampai dia usia 7 bulanan aja. Soalnya sering marah
kalau tau sumber kenyamanannya diutak-utik orang atau mesin lain hahaha.😂
Kekurangan Spectra 9S menurutku adalah pertama menurutku suaranya masih
keras. Mahira bisa bangun kalau aku mompa disampingnya. Juga, rasanya kalau
dipake mompa didalam ruangan bakalan mengganggu sekitar. Kedua, ini pengalamanku
ya, pompa ini tidak bisa maksimal dalam mengosongkan ASI. Jadi sambil mompa,
aku sering memijit-mijit agar ASI lebih optimal keluarnya. Alhasil, badan jadi
agak bungkuk gitu, nggak bisa senden kayak di iklannya. Tapi bagiku nggak
masalah, karena dengan kelebihan dan kekurangan yang dimilikinya, kebutuhanku
dan Mahira masih bisa terpenuhi dengan sangat baik.
Overall, aku cukup puas dengan Spectra 9s yang “hanya” 1,5 jutaan.
Ada beberapa pompa ASI lain yang katanya jauh lebih bagus dengan brand Maalish,
tapi aku belum nyobain. Kayaknya harganya sekitar 2 jutaan.
Apa ini termasuk mahal? Tergantung bagaimana bunda melihatnya.
Bagiku, 1,5 ini tidak mahal daripada aku harus keluar uang lebih
banyak untuk sufor seharga (katakanlah) 70 ribu yang hanya bisa untuk 5 hari.
Dalam sebulan, habis 420 ribu. Setahun? 5 jutaan. Itu belum dengan kemungkinan
cocok-cocokan susu dan resiko lain yang mengintai.
Tidak semua bayi cocok dengan susu A. Ada yang nanti ketauan
alergi susu sapi, ada yang kebanyakan zat besi dan bikin sembelit, ada yang
bikin mencret, dan lain-lain. Jadi harga segitu jauuhh
lebih murah dan hemat dan bergizi dan alami. Percayalah, Allah sudah memberikan
kita amanah berupa anak, Allah titipkan juga rezekinya. That’s why Bunda, selagi mampu untuk menyusui, berupayalah,
berusahalah dengan maksimal. Kalau sudah mentok misalnya ASI sudah mampet
karena beberapa alasan, konsultasikan dengan ahlinya tentang substitusi ASI.
Kalau asal konsul, bisa-bisa tersesat dan hanya termakan butiran strategi
marketingnya perusahaan saja. Menurutku, meskipun si kecil tidak minum ASI
sampai 2 tahun, asal bunda sudah mengupayakan yang terbaik seperti hal-hal
diatas, bunda tetep seorang ibu yang baik untuk anaknya.
Salah seorang temenku, aku biasa panggil dia Bebeb Gata, dia pernah
penelitian di rumah sakit ibu anak dan meneliti perilaku ibu hamil dan menyusui
(correct me if i’m wrong beb) dan saat
ini berstatus sebagai calon master ilmu komunikasi UGM. Dia pernah nyerocos ke
aku kalau pola pikir sufor dan bubur instan itu sama kayak jajan Oreo. Itu
produk perusahaan, mindset yang dipake pun mindset bisnis, makanya iklannya pun
besar-besaran. Fyi, di Eropa (negara
asal produsen) sufor itu nggak laku. Seingatku, justru buanyak susu UHT yang
lezat dan murah ituh.
Yuk kita ingat-ingat nanti masa manis di saat isi dompet
terselamatkan, pertumbuhan anak yang insya Allah bisa lebih baik, dan ikatan
emosional yang lebih kuat dengan anak berkat menyusui. Menyusui memang nggak
mudah, tapi manfaatnya amat sangat besar. Toh nggak ada yang berjuang
sendirian, banyaak banget bunda yang siap saling support.
Selamat menyusui, selamat mempersiapkan diri untuk meng-ASI-hi si
cinta 😚😚😚
Jazakillah Khair mba, review spectra 9s nya sangat bermanfaat
BalasHapusalhamdulillah mba, semangat terus menyusuinya ya :D
Hapus