Sejak aku positif hamil, aku terus-menerus
mengisi waktu luang disela-sela kuliah dan aktivitas lainnya untuk mengedukASI
diriku tentang pentingnya menyusui. Selain itu, aku pun berusaha menyiapkan
diri untuk menghadapi berbagai kemungkinan pasca persalinan, misalnya saja
nggak bisa IMD, dikasih sufor sama suster, atau tekanan sosial lainnya. Membaca
sangat membantuku untuk menyiagakan itu semua.
Pada titik ini, aku sungguh-sungguh tidak
sedang menghakimi para bunda yang memberi sufor untuk anaknya. Sebab aku tau
sendiri ada beberapa teman yang memberi sufor untuk anak karena sebab yang
tidak bisa dia tolak atau yah alamiah gitu lho sifatnya. Walaupun sebetulnya
sebab-sebab itu bisa kita hindari sejak awal, tapi kalau sudah kejadian ya mau
gimana? Ambil aja sisi positifnya dan tetap yakin bahwa tiap manusia (termasuk
anak kita) rezekinya sudah diatur sama Allah. Kemudian ada juga temanku yang
tidak kuat jika harus bangun tengah malam, repot kerjaan, kelelahan fisik, dan
lain sebagainya. Wajar, sebab memang perempuan punya daya tahan tubuh yang
berbeda-beda. Menurutku, seorang perempuan tetaplah menjadi bunda yang baik
selama ia mau memahami anaknya dan mau menundukkan ego dirinya.
Tapi meski demikian, sebetulnya kita semua
yakin kan, kalau ASI adalah yang terbaik?
Persoalan kita nggak bisa memberi yang
terbaik, tidak lantas membuat kita menjadi bunda yang buruk. Contohnya aja nih
yah, aku paham banget kalau proses melahirkan yang terbaik adalah yang alami
secara udah banyak yang memberikan penelitian tentang ini. Aku alhamdulillah
juga paham bahwa IMD adalah proses awal menyusui yang cukup penting dan sangat
dianjurkan untuk dilaksanakan. Tapi kalau pada akhirnya fisik ku nggak
memungkinakn, ya nggak papa. Kita bisa mengalihkan energi kita untuk memberi alternatif
atau mencari solusi yang juga baik.
#PositiveThinking
---
Di postingan ini aku nggak ingin membahas
mengenai apa itu menyusui, pentingnya menyusui, dan segala hal yang sifatnya
teoritis. Aku rasa informasi itu sudah terserak dimana-mana, di Google ada, di
dokter ada, ikut kelas atau workshop juga bisa. Anyway, kalau ada
waktu dan dana coba aja ikut kelas edukASI. Sejujurnya aku sangat menyesal
nggak ikut kelas semacam itu sebelum lahiran hiks. Jadi pengetahuanku tentang
ASI kurang paripurna, banyak hal yang sifatnya trial error di awal
menyusui dan cost nya pun jadi besar.
Nah, sekarang bismillah aku mau share
beberapa hal (menurut pengalamanku) yang perlu BANGET diperhatikan selama
proses menyusui dan untuk menjalankan program sukses menyusui itu tadi. Minimal
6 bulan ASIX dan dapat diteruskan hingga 2 tahun. Saat ini aku alhamdulillah
sudah jalan menyusui selama 19 bulan (doain bisa sampe 24 bulan yaa..)
alhamdulillah lulus ASIX dan di usia 15 bulan, aku sudah mulai mengenalkan susu
UHT dan susu sapi segar untuk si kecil.
Here we go,
aku harap 5 poin dari aku ini bermanfaat ya plus bisa membantu para bunda untuk
sukses menyusui :)
1. Pelekatan is EVERYTHING!
Sampe aku ceplok lho hurufnya saking
penting banget yang namanya pelekatan. Kita jangan sampai hanya sekedar
menyodorkan payudara ke mulut si baby dan menganggap dia sudah pasti bisa mimik
ASI dengan baik. Ada berbagai info di Google dan video di YouTube tentang
bagaimana sih pelekatan yang baik dan kenapa pelekatan itu penting banget. Aku
pribadi alhamdulillah dapat beberapa video edukasi dari Dokter Dini (that’s
why I’m too grateful to met her!) yang sayangnya tidak langsung aku lihat
karena aku menyepelekan pelekatan ini. Begitu aku perhatikan dengan seksama,
baru deh paham tentang pelekatan. Meskipun aku baca beberapa buku tentang
menyusui, aku benar-benar melupakan bagian ini. Mungkin ada baiknya pada bunda
yang sudah mau melahirkan ikut kelas edukASI yang sering diadakan AIMI ASI di
berbagai kota di Indonesia.
pelekatan menyusui (kiri: benar, kanan: salah) |
Aku inget banget diajarin Dokter Dini
tentang posisi menyusui football hold yang rupanya lebih kompatibel
untuk aku dan Mahira. Kuncinya adalah posisi dagu yang menempel pada payudara
dan lubang hidung yang terbuka seperti di gambar. Dengan pelekatan yang baik,
selain si baby dapat ASI lebih optimal, juga menghindarkan dia dari lubang
hidung ketutupan sehingga bikin hidung makin pesek, atau ketindihan
payudara bundanya (ini kejadian lho!). Kedua, yang juga penting adalah mulut
bayi terbuka lebar, betul-betul lebar. Dan pipinya mengembung, bukan mengempot.
Pas aku praktik sama Dokter Dini, pipi Mahira mencekung atau ngempot
gitu saat menyusui. Langsung beliau tau ada yang salah dari posisi menyusuiku.
Kemudian yang ketiga, salah satu tanda pelekatan yang kurang pas adalah suara ncep..ncep..
dan mulut bayi bagian bawah yang cenderung masuk ke dalam bibirnya.
2. Pahami berbagai posisi menyusui.
Edukasi dari orang-orang generasi zaman old
yang namanya menyusui pasti didekap di depan dada. Itu kurang tepat yaa, eh
maksutku sudah tepat sih, tapi sesungguhnya ada setidaknya 4 posisi menyusui
yang disarankan oleh DSA.
cem-macem posisi menyusui. cobain semuanya ya! |
Aku sempat cerita di page ini kalau pada usia
3 minggu, BB Mahira tidak naik drastis. Ada berbagai penyebab, salah satunya
adalah posisi menyusui yang kurang pas bagi anak dan mengakibatkan pelekatannya
jadi nggak efektif dan ujung-ujungnya bikin ASI nggak masuk optimal. Hasilnya?
Tentu ngefek ke BB si bayi dan tumbuh kembangnya.
Setelah mencoba berbagai posisi menyusui,
aku rupanya lebih pas dengan posisi football hold, jadi seolah-olah
kayak ngetekin atau ngempit Mahira gitu hahaha. Alhamdulillah
terbantu banget dengan bantal menyusui yang dikasih bulek Chayu dan Paklek Ian
Japed. Gimana tanggapan orang-orang yang sambang pas lihat caraku
menyusui? Terheran-heran, jelas!! Tapi ya bodo amat hehehe. Memasuki usia
MPASI, Mahira jadi lebih suka mimik sambil tengkurap diatas badanku. Ini sih
favoritku ya soalnya aku pun bisa tidur-tiduran hahaha.
nenenin di kereta dari Jogja ke Surabaya. Eum, itu hidungnya Mahira nggak ketutupan kok. Dia masih bisa nafas. Ditutupin sebentar untuk keperluan foto aja hihihi #normalizebreastfeeding |
Oiya ini nasihat dari Dokter Dini.
Sebelumnya, dokter SpOGku menyarankan untuk menyusui sambil berbaring, agar aku
(yang habis operasi SC) bisa sambil istirahat. Rupanya, anjuran Dokter Dini
setidaknya 3 bulan pertama hindari dulu posisi berbaring, sebab posisi itu
menyulitkan bayi untuk pelekatan, apalagi newborn baby. Boleh berbaring
diatas 3 bulan atau kalau si baby sudah pintar pelekatannya.
3. Hindari dot dan empeng.
Kenapa? Klasik, bingung puting. Aku sudah
ngalamnin yang namanya bingung puting, pelekatan si gendhuk bubar jalan, sampai
bikin puting lecet dan mastitis (radang kelenjar payudara) plus jadi nggak bisa
nenenin genduk dengan payudara yang mengalami mastitis selama 3 hari. Hm gini
yaa, habis melahirkan itu dah capek, menyusui juga lelah, mastitis itu bikin
kelelahan jadi 3x lipat. Soalnya gejala mastitis itu ada demam dan nyeri-nyeri
di sekujur tubuh. Saat itu aku sempat menggigil, suhu badan pun naik sampai 39
derajat. Tapi kzl-nya, kata ibu itu biasa huhuhu😒.
Ini nih yang bikin sedih, menurut wong biyen hal itu biasa dialami, jadi
selow aja gak usah drama. Faktanya, mastitis yang terjadi saat proses menyusui
menandakan ada yang salah dengan proses menyusuinya. Tanpa ke dokter, katanya
sih mastitis bisa reda sendiri. Tapi ini tentu perlu jadi koreksi gimana proses
menyusuinya, kok bisa sampai lecet dan mastitis.
Silahkan baca sendiri ya berbagai thread
tentang pro kontra dot dan empeng. Memang balik lagi ke kebutuhan
masing-masing bunda yang pasti berbeda-beda, sebagian besar teman-temanku yang
bekerja terutama juga memilih opsi ini. Nggak masalah asalkan tau treatment-nya.
Bingung puting itu ada yang langsung, misalnya bayi langsung nolak untuk nenen.
Ada juga yang nggak langsung yaitu posisi pelekatan yang berubah dan terasa
berkurangnya produksi ASI.
Ngedot itu
sangat berpotensi merusak pelekatan yang sudah susah payah kita ajarkan ke baby
di awal kehidupannya. Sebab, mekanisme atau cara ngedot dengan cara menyusui
itu berbeda jauuuh. Lebih mudah ngedot!
Aku pribadi setelah ngalamin bingput,
nggak mau ambil resiko. Aku ambil alternatif dengan belanja banyak botol dot
yang katanya anti bingput (beberapa teman saranin untuk beli botol yang wideneck).
Tapi ya.. tetep saja sih. Dan alhamdulillah ternyata Mahira ngga lagi doyan
ngedot. Sebagai gantinya, aku pakai botol sendok Nursin Smart Innobaby
yang aku beli di asibayi(dot)com. Itu cara pakainya mirip kayak soft
cupfeeder-nya Medela tapi lebih ergonomis dan ekonomis, menurutku.
Alhamdulillah produk ini ngebantu banget proses pemberian ASIP sampai Mahira
usia 8 bulan-an. Ng-ASIP lancar, akupun bisa ngebut tesis yang deadline
nya muepeuet hehehe. Thanks to mbak Nindha yang ngasih rekomendasi
produk ini. Buanyak banget manfaatnya ngajarin si baby pakai botol sendok.
Pertama, Mahira nabung latihan minum dengan gelas. Kedua, nggak lagi ada
masalah bingput, lecet, bahkan mastitis selama proses menyusui. Ketiga, usia 7
bulan Mahira sudah mulai dikit-dikit minum dari tepian gelas. Makin lama makin
lancar dan tergolong bisa cepat minum dari gelas dan sedotan. Jadi lebih
ekonomis dan praktis, mahalnya di awal aja.🙈
Kalau mau murah, bisa pakai cupfeeder
yang dari gelas tapi beresiko tercecer dan belum lagi kalau si baby
ngamuk (pengalaman bangeeet gueh!). Atau bisa juga disendokin pakai sendok stainless
dengan gagang panjang, itu juga nyaman buat yang ndulang.
4. EdukASI ke keluarga.
Untuk mencapai keberhasilan menyusui,
nggak bisa usahanya cuman dari Bunda aja. Bakal berat (ala Dilan😜).
Jadi perlu banget setidaknya se-visi sama suami tentang komitmen memberi ASI ke
baby. Syukur-syukur kalau kakek-nenek dan bulek-paklek nya (atau siapapun yang
tinggal se rumah) paham dengan kebaikan dan usaha kita dalam mengASIhi. Karena
kalau mereka paham, nggak bakal ada celetukan menyakitkan yang keluar. Hati
kita pun tenang, menyusui juga lancar.
Selain itu, edukASI juga si mbak atau
siapapun yang nantinya membantu ndulang ASI ke baby. Soalnya,
memberikan ASIP itu juga butuh ketelatenan mereka.
5. Bahagia, selalu bahagia.
Ini bagian yang pualing penting. Aku
pernah membaca infografik tapi sayang banget nggak sempat aku save, jadi
lupa sumbernya dari mana. Salah satu hal yang membuat ASI dan sufor itu berbeda
(dan tentu saja ASI lebih unggul) adalah transfer hormon antara ibu dan anak.
Itulah mengapa kadang orang zaman old bilang, wah kalau emaknya sakit
atau sedih, bisa nyetrum ke anak. Itu juga mungkin yang membuat Dokter Dini
langsung curiga kalau aku sempat stres saat 3 minggu pertama kehidupan Mahira.
Bahagianya seorang bunda itu sederhana
kok. Cukup dibantuin nyuci pompa ASI, dipijitin, diajakin nonton film,
dibelikan makanan kesukaan, dan dibantuin ngeganti popok si kecil!😍😍😍
Pas bengkak sama lecet gak nguatiiii huhu... So much drama pas nyusui �� ternyata gak seindah poto2 mahmud2 di instagram ��
BalasHapusTapi tep kudu semangat yesss
iyesss kudu bin wajib :D
HapusMakasij sharingnya mbk. Walaupun belum nikah, tapi aku suka baca parenting parenting gini. Hitung hitung blajar. Salam, muthihauradotcom
BalasHapussip mba semoga jadi wawasan baru yg bermanfaat ya :)
Hapusmasih jomblo, wekekeke... tapi sering juga bantuin kakak yang rempong saat menyusui :))
BalasHapusedukasi sejak dini ya mba? :D
Hapus