Ada pepatah yang mengatakan bahwa pelaut yang handal tidak lahir di lautan
yang tenang. Ia lahir di laut penuh gelombang dan ombak ganas. Ia ditempa
dengan kilat dan badai di laut lepas. Ia dewasa karena keuletannya mengatasi
persoalan, menjadikannya seorang pelaut tangguh dan mampu beradaptasi di kehidupan
yang liar.
Gambaran itulah yang aku lihat pada suami dan adik iparku. Kedua bersaudara
ini menghabiskan masa kecil hingga SMA di desa terpencil di Kabupaten
Banjarnegara. Saat ada yang bertanya ke suami atau adikku, “Asalnya dari mana?”
dan kemudian mendapat jawaban, “Banjarnegara,” mereka selalu mengernyitkan
alis.
“Banjarnegara itu… dimana ya?”
Jedoeeeeng!!
Pernah suamiku berkeluh kesah, “Mengapa orang pada nggak tau Banjarnegara, ya? Apa karena kebanyakan berita yang kerap
muncul adalah tentang bencana alam saja?!” ujarnya sambil menggerutu.
Meski secara geografis lokasinya kurang strategis, Banjarnegara sepatutnya
bangga, sebab kabupaten penghasil buah salak ini telah melahirkan dua lelaki
tangguh berlogat ngapak yang kini
hidup di Jawa Timur. Sang kakak sedang mengabdikan ilmunya di salah satu
perguruan tinggi negeri, sementara si adik sedang menempuh kuliah semester tiga
di Jurusan Ekonomi Islam pada salah satu kampus negeri bergengsi di Surabaya.
Sudah dua semester berturut-turut ia mendapatkan nilai cumlaude di
tengah aktivitasnya yang padat dan serangkaian kompetisi antar mahasiswa yang
ia ikuti.
Ketangguhan mereka betul-betul membuatku terinspirasi dan merasa hidup diantara dua pelaut
handal masa depan. Keduanya sama-sama mendapat beasiswa dalam selama masa
studinya. Meski demikian, bukan berarti mereka lantas menghamburkan uang. Hidup
sederhana dan kegemaran menabung, tidak pernah mereka tinggalkan. Semampunya juga, suami dan adik iparku saling
gotong royong dalam membantu perekonomian keluarga di Banjarnegara.
Pelaut Tangguh yang Rajin Menabung itu Bernama “Pupung”
Ketimbang suami, adik iparku lebih giat menabung. Kalau kata orang Jawa,
istilahnya adalah gemi. Ia memiliki tabungan di bawah kasur, di celengan
ayam, dan kadang kalau jumlahnya cukup besar, ia titipkan di rekening milikku.
“Buat beli smartphone, mbak,” begitu ujarnya. Saat ia sudah memiliki
smartphone yang ia beli dari hasil prestasinya di SMA, kini ia sedang
menabung untuk membeli laptop. Rupiah demi rupiah ia kumpulkan untuk laptop
idamannya. Ia juga sudah mulai memiliki rekening sendiri dan mengelola uang
yang ia tabung sendiri.
Sebagai seorang kakak yang telah mengenalnya sejak 3 tahun lalu, aku
menyaksikan sendiri jatuh bangun adik iparku, Pupung, dalam menabung. Ia
bercerita pada suamiku kalau tidak ingin merepotkan bapak ibu dalam biaya sekolahnya.
Ia juga meminta agar suamiku berkenan membantu memberinya uang
saku dan mencarikan beasiswa. Tidak ku sangka, dari uang saku yang diberikan tiap
bulan itu, Pupung sanggup menyisihkan sedikit demi sedikit.
Pupung juga berbeda dengan laki-laki di desa pada umumnya. Kebanyakan,
teman-teman sebanyanya suka boros saat nongkrong, menghabiskan uangnya untuk
rokok, atau bahkan minum-minuman keras. Pupung berbeda. Ia
lebih suka menghabiskan waktunya di perpustakaan sekolah atau warnet untuk berburu lomba karya tulis dan melatih kemampuan menulisnya.
Walaupun cukup getol dalam menulis, karakter Generasi Z yang khas tidak
terlepas dari Pupung. Ia juga tetap butuh nongkrong, tetapi hanya satu atau dua
minggu sekali, itupun di warung kopi dekat alun-alun yang harganya jauh dari
kata mahal.
Pupung bersama suamiku saat lomba di Univ. Brawijaya Malang. |
Berkat kegigihannya dalam berlatih, tulisannya yang semula kacau balau,
perlahan menunjukkan perbaikan. Ia pun mulai memanen usahanya dengan meraih
kemenangan di berbagai lomba tingkat daerah maupun nasional. Reward yang ia dapatkan pun tidak
sedikit, buktinya ia mampu membeli smartphone
sendiri dan masih menyisakan uangnya untuk ditabung. Ia juga diundang oleh
Bupati sebagai sebuah penghargaan bahwa ia sering mengharumkan nama
Banjarnegara di kancah nasional.
Sungguh membanggakan!
Kini saat duduk di bangku kuliah di Surabaya, Pupung tidak melepaskan kebiasaannya
dalam menabung dan menjadi hedon. Ia merasa terus perlu menabung untuk memenuhi impian-impiannya. Ia sadar betul bahwa
impian masa depan tidak bisa dicapai dengan instan, perlu upaya dan tabungan
yang memadai agar impian tersebut kelak terwujud dengan sempurna.
Pernah Kehilangan Uang Tabungan
Sebagai anak yang terlahir di tahun 1999, Pupung termasuk Generasi Z.
Perilakunya juga khas banget ala anak Gen Z: kebutuhan eksis di media sosial
sangat tinggi. Ia jauh lebih update mengenai aplikasi anak muda kekinian,
lokasi wisata yang lagi nge-hits, dan
belajar secara otodidak mengenai cara menggunakan kamera demi kebutuhan foto
yang Instagrammable.
Meski begitu, aku salut karena Pupung masih mampu menyisihkan
sebagian uangnya untuk menabung. Rupanya, Pupung memiliki kiat tersendiri dalam menabung. Awalnya, Pupung lebih suka menabung secara manual, disimpan saja sendiri di kamarnya. Ia kurang nyaman menabung di bank. Pupung sebetulnya punya buku tabungan, tetapi hanya sebatas untuk keperluan beasiswa dan uang saku dari aku dan suami saja.
Tapi di sisi lain, Pupung ini termasuk anak yang sangat pelupa dan ceroboh. Dia pernah ditipu oleh orang yang mengaku panitia lomba untuk mentransfer sejumlah uang ke rekening, dasar bocah polos dan lugu, ya mau-mau aja. Melayang deh uang Rp 500.000,- miliknya. Pengalaman kedua, uang yang ia simpan sebesar Rp 2.500.000 juga hilang! Padahal itu adalah uang yang akan ia gunakan untuk membeli laptop. Kok bisa?? Padahal disimpan di kamar. Mulailah benih-benih kecurigaan muncul.
Lah ternyata.... Pupung yang pelupa! Singkat cerita, ia lupa menaruh uang yang disimpannya di amplop coklat. Sebagai kakak perempuan dan telah melihat Pupung kehilangan barang maupun uang akibat keteledorannya, aku segera memberi peringatan. Menabung di rumah ya boleh-boleh saja, tetapi harus diingat bahwa resikonya cukup besar. Kita harus primpen atau telaten menyimpan uang. Belum lagi resiko kehilangan. Akhirnya aku sarankan Pupung untuk menabung di Bank BNI Syariah saja yang bisa memilih akad dalam menabung.
Alhamdulillah, dia mau! Jadilah sekarang Pupung punya tabungan sendiri, selain untuk menyimpan uang, ia juga belajar mengelola keuangannya sendiri.
Tapi di sisi lain, Pupung ini termasuk anak yang sangat pelupa dan ceroboh. Dia pernah ditipu oleh orang yang mengaku panitia lomba untuk mentransfer sejumlah uang ke rekening, dasar bocah polos dan lugu, ya mau-mau aja. Melayang deh uang Rp 500.000,- miliknya. Pengalaman kedua, uang yang ia simpan sebesar Rp 2.500.000 juga hilang! Padahal itu adalah uang yang akan ia gunakan untuk membeli laptop. Kok bisa?? Padahal disimpan di kamar. Mulailah benih-benih kecurigaan muncul.
Kehilangan adalah pengalaman berharga! |
Lah ternyata.... Pupung yang pelupa! Singkat cerita, ia lupa menaruh uang yang disimpannya di amplop coklat. Sebagai kakak perempuan dan telah melihat Pupung kehilangan barang maupun uang akibat keteledorannya, aku segera memberi peringatan. Menabung di rumah ya boleh-boleh saja, tetapi harus diingat bahwa resikonya cukup besar. Kita harus primpen atau telaten menyimpan uang. Belum lagi resiko kehilangan. Akhirnya aku sarankan Pupung untuk menabung di Bank BNI Syariah saja yang bisa memilih akad dalam menabung.
Alhamdulillah, dia mau! Jadilah sekarang Pupung punya tabungan sendiri, selain untuk menyimpan uang, ia juga belajar mengelola keuangannya sendiri.
Inspirasi Menabung dari Pupung
Pupung telah membuktikan anak dari desa pun sangat mungkin mencapai banyak hal dengan kegigihan dan dengan menabung. Apa aja tips menabung dari Pupung ini? Nih, silakan di simak ya. Cocok banget lah kalau mau diterapkan ke temen-temen Generasi Z ataupun para bunda yang sudah punya anak Generasi Z. Tips menabung ala Pupung ini bisa digunakan untuk meringankan biaya pendidikan serta merencanakan masa depan yang lebih baik!
Pertama, sisihkan sebagian uang jajan. Berapapun nominalnya, yang sedikit pun bisa
menjadi bukit! Sebagian besar Generasi Z saat ini masih berstatus pelajar atau
mahasiswa, sehingga uang jajan bisa jadi menjadi salah satu pemasukan mereka.
Tentu sangat disayangkan kalau uang jajan habis setiap hari untuk urusan yang
tidak penting. Lebih baik ditabung saja, kan?
Kedua, berprestasi. Banyak sekali lomba yang bertebaran untuk pelajar dan
mahasiswa, mulai dari lomba menulis, desain, hingga wirausaha muda. Kebanyakan
dari lomba-lomba tersebut biasanya tidak dipungut biaya, alias gratis! Nah, ini
salah satu kesempatan besar untuk mendapatkan uang untuk ditabung, bukan?
Saat Pupung masih di bangku SMA |
Ketiga, mencari beasiswa. Dengan berprestasi, beasiswa pun sangat mudah diraih.
Kalau dapat beasiswa, tentu sangat membantu apalagi bagi anak yang berasal dari
keluarga menengah ke bawah. Dengan demikian, biaya pendidikan dapat ditekan dan
dapat digunakan untuk tabungan masa depan. Pupung sendiri memiliki beragam rintangan sebelum duduk di bangku kuliah saat ini. Ia sempat putus asa dan nyaris tidak kuliah. Tapi beruntung ada program beasiswa lagi yang di buka untuk PTN di Surabaya. Ia segera daftar dan alhamdulillah, rezeki memang nggak kemana!
Keempat, belajar bisnis kreatif. Sudah pernah dengar kan, ada anak SD yang sukses
jualan slime dengan omzet mencapai 50
juta / bulan hanya dengan modal Rp 50.000 saja? Atau ada juga anak SMP di Solo
yang mendulang pendapatan 4 juta/bulan dari hasil dari bisnis lensa ponsel.
Mereka, Generasi Z, tidak ragu dalam belajar berbisnis dengan modal minimal.
Boleh dicoba nih! Dengan belajar berbisnis sejak kecil, tidak hanya kebiasaan
menabung saja yang kita dapatkan, tetapi juga kepiawaian dalam mengelola
keuangan sejak dini. Apalagi, sekarang pemerintah dan swasta juga sering
menyelenggarakan kompetisi bisnis untuk anak muda. Baru-baru ini, Pupung juga mendapat dana hibah untuk pengembangan wirausaha jamur di Trenggalek bersama tim bisnisnya. Wah, nggak ada salahnya dicoba, nih!
Kelima, hindari berutang. Mumpung masih di usia muda, sebaiknya generasi zaman now sebisa mungkin menghindari utang,
memulai rutin menabung, dan membiasakan hidup sederhana. Dengan menghindari
utang, kita juga menghindarkan diri kita dari kesusahan di masa depan.
Keenam, menabung di bank. Belajar dari Pupung, kita sudah nggak sepatutnya curiga dengan bank. Apalagi, sekarang sudah banyak produk tabungan bank yang ramah
untuk generasi muda, mulai dari bank konvensional hingga bank syariah. Juga,
sudah ada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) yang menjamin tabungan kita di bank.
Tinggal pilih sesuai kebutuhan saja dan mulai menabung sekarang juga!
Kalaupun kamu ragu, ini bank kira-kira amanah dan dijamin LPS atau enggak ya, nah langsung saja buka websitenya LPS di www.lps.go.id, disana kamu bisa mengecek apakah sebuah bank itu dijamin LPS atau tidak. Kalau dijamin, wes kamu tidak perlu khawatir dengan dana yang kamu simpan disana! Sebab, LPS menjamin mulai dari bank konvensional hingga bank syariah, dan dengan saldo yang dijamin untuk setuap nasabah pada satu bank adalah paling banyak sebesar Rp 2 Milyar!
Berikut adalah cara mengecek status bank di website LPS. Selamat menabung!
Kalaupun kamu ragu, ini bank kira-kira amanah dan dijamin LPS atau enggak ya, nah langsung saja buka websitenya LPS di www.lps.go.id, disana kamu bisa mengecek apakah sebuah bank itu dijamin LPS atau tidak. Kalau dijamin, wes kamu tidak perlu khawatir dengan dana yang kamu simpan disana! Sebab, LPS menjamin mulai dari bank konvensional hingga bank syariah, dan dengan saldo yang dijamin untuk setuap nasabah pada satu bank adalah paling banyak sebesar Rp 2 Milyar!
Berikut adalah cara mengecek status bank di website LPS. Selamat menabung!
Buka website lps.go.id dan klik Bank Peserta Penjaminan |
Masukkan nama bank dan voila! Ada nama bank tempat kamu menyimpan uang disana! |
Infografis: freepik.com
http://investasiku.co.id/blog/blog_id/kalian-para-gen-z-saatnya-atur-uang-demi-masa-depan-2017-06-07-23-16-06
https://komunitas.bukalapak.com/s/cvvpx4/siswa_smp_jadi_jutawan_jualan_online
https://finance.detik.com/solusiukm/d-3494763/bisnis-slime-siswi-sd-ini-kantongi-omzet-rp-50-jutabulan
Tidak ada komentar