Bing beng bang yuk kita ke bank
Bang bing bung yuk kita nabung
Tang ting tung hey jangan dihitung
Tau-tau kita nanti dapat untung
Siapa yang membacanya sambil nyanyi? Hayo.. ketauan deh generasi apa! Lagu
yang dinyanyikan oleh Saskia, Geofanny, dan Eyang Titiek Puspa ini memang
populer di tahun 1996. Hm.. padahal tahun itu kan Indonesia sedang menuju keterpurukan
ekonomi yang besar. Tapi meski demikian, ajakan menabung yang ditujukan untuk Generasi
Millennials yang saat itu masih anak-anak, sepertinya bukan tanpa alasan. Lagu
itu memiliki pesan yang kuat agar kelak anak-anak yang tumbuh di akhir Era Orde
Baru tersebut lebih melek finansial di masa depan. Ada sebuah harapan dan
warisan kebaikan dalam lagu ini, yaitu agar generasi masa depan lebih melek finansial, lebih berhati-hati dalam menabung dan berinvestasi, serta mempercayakannya pada lembaga yang amanah dan terjamin.
Menuai Manfaat dari Menabung
Tragedi tahun 1998 memang sangat memukul Indonesia, juga generasi orang tua
kita. Orang tua kita yang merupakan Generasi Baby Boomers dan Generasi X sepertinya sudah sangat kenyang makan
asam garam krisis moneter tahun 1998, sehingga mereka sangat gencar menanamkan
doktrin menabung ini pada anak-anaknya.
Menabung pada dasarnya merupakan langkah untuk menyisihkan dana dari
penghasilan untuk disimpan, baik disimpan di rumah, di media lain, maupun di
bank. Berapapun nominal yang kita sisihkan, menabung tetap membawa banyak
manfaat, apalagi jika dilakukan secara rutin. Beberapa manfaat menabung yang
bisa kita dapatkan antara lain:
Belajar hidup hemat.
Orang yang terbiasa menabung, secara otomatis akan memikirkan alokasi atau
berapa persen dari pendapatan yang akan ia simpan dan kelak digunakan untuk
kebutuhan yang lebih mendesak. Aktivitas ini dapat menjaga kita dari sifat
konsumtif yang berlebihan.
Melatih hidup sederhana.
Selain mencegah konsumerisme, kita juga berlatih untuk hidup sederhana.
Ketika suatu saat keadaan ekonomi membaik bahkan berlebih, kita tidak akan mudah
menghambur-hamburkan uang dan mengubah gaya hidup secara drastis, sebab sudah
terbiasa hidup sederhana.
Memiliki cadangan keuangan dalam keadaan mendesak.
Kelebihan menabung adalah dana tersebut bisa kita ambil sewaktu-waktu dan
dalam keadaan mendesak. Kalau kita menyimpan uang di bank, tinggal meluncur ke
ATM terdekat. Kalau harus transfer sejumlah uang, kita bisa memanfaatkan
fasilitas internet banking yang sudah sangat populer di masyarakat.
Mencegah berutang.
Dengan memiliki dana cadangan, apabila kita berada pada situasi yang sulit,
tabungan bisa menjadi alat pencegah untuk berutang. Tentu kita tidak mau
tercekik bunga utang yang mungkin saja kita tidak sanggup menanggungnya, bukan?
Resiko kecil.
Menabung memang tidak menambah nominal uang, bahkan biasanya di bank
konvensional, tabungan kita juga tergerus untuk biaya administrasi atau biaya
jasa apabila kita melakukan transaksi tertentu seperti transfer antar bank.
Namun, apabila kita menabung di bank, resiko kehilangan menjadi kecil karena
bank telah memiliki sistem yang cukup aman dan canggih. Selain itu, sekarang
sudah ada lembaga yang menjamin simpanan para nasabah di bank.
Salah satu pelajaran berharga dari krisis moneter tahun 1998 adalah
lahirnya Lembaga Penjamin Simpanan. Sebagaimana kita tahu, krisis moneter 1998
menekan kepercayaan masyarakat terhadap bank, mau tidak mau pemerintah harus
berbenah untuk mengembalikan trust masyarakat serta menjaga stabilitas
sistem perbankan. Tahun 2005, satu setelah diundangkannya UU No. 22 Tahun 2004
tentang Lembaga Penjamin Simpanan, lahirlah secara resmi Lembaga Penjamin
Simpanan. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) memiliki fungsi untuk menjamin
simpanan nasabah penyimpan dan turut aktif dalam memelihara stabilitas sistem
perbankan sesuai dengan kewenangannya.
Nah, kehadiran LPS ini bisa membuat kita bernafas lega dan tidak perlu mikirin uang yang kita tabung di bank.
Kita pun, yang kini kebanyakan sudah berusia di atas 25 tahun dan mungkin sudah
ada yang punya anak, bisa meneruskan warisan berharga ini kepada anak-anak
kita. LPS juga sering memberikan edukasi ke masyarakat mengenai finansial untuk berbagai kebutuhan. Yuk, kenali lebih dalam mengenai LPS dengan melihat video dibawah ini:
Selain itu, aku juga ingin mewariskan kebiasaan baik dalam menabung ini sejak anakku masih kecil. Saat usia 18 bulan, ia ku belikan celengan warna yellow dengan gambar burung kesukaannya. Ia sangat antusias! Setiap hari, suamiku juga ikut melatih anakku untuk memasukkan uang koin dan kertas ke dalam celengannya itu.
Selain itu, aku juga berbagi melalui media sosial mengenai pentingnya melek finansial dan menabung bagi generasi Millennials. Seringnya aku berbagi melalui blog dan fitur instastory di instagramku. Hasilnya beragam, rupanya sebagian besar followersku sangat antusias ketika aku berbagi wawasan mengenai topik ini.
Belajar dari Pengalaman sebagai Sandwich Generation
Aku dan suami, punya pengalaman tersendiri dalam motivasi untuk menabung dan mewariskan hal ini kepada anak-anak kami kelak. Pengalaman berada di lingkaran sandwich generation cukup menjadi pelecut semangat. Kami yang berada di posisi yang cukup sulit pada tahun-tahun pertama pernikahan, karena saat sedang merintis segala sesuatu, kami juga harus membiayai keluarga mertua di desa dan menanggung biaya anak.
Kami sadar bahwa tidak ada yang bisa menyelamatkan kondisi keuangan keluarga selain diri sendiri. Sejak itu, aku mulai rajin memperkaya wawasan tentang keuangan, memisahkan tabungan pribadi dengan rekening bersama atau rekening tabungan keluarga, serta belajar investasi. Tentu saja aku dan keluarga juga memilih lembaga, aku hanya mau menitipkan tabungan di bank yang telah dijamin oleh LPS.
Beberapa bank yang aku gunakan untuk menyimpan tabungan. |
Saat aku mulai sadar mengenai pentingnya mengelola keuangan sejak kecil, aku mulai mempersiapkan satu tabungan khusus untuk pendidikannya kelak. Itu lho, tabungan perencanaan, tau kan? Jadi kita menabung dengan jumlah tertentu setiap bulannya yang langsung autodebet dari rekening kita. Tabungan perencanaan itu juga tidak bisa kita ambil sewaktu-waktu, melainkan hanya bisa diambil di akhir tahun atau setelah rentang beberapa tahun dari kesepakatan antara nasabah dan bank.
Selain itu, aku juga ingin mewariskan kebiasaan baik dalam menabung ini sejak anakku masih kecil. Saat usia 18 bulan, ia ku belikan celengan warna yellow dengan gambar burung kesukaannya. Ia sangat antusias! Setiap hari, suamiku juga ikut melatih anakku untuk memasukkan uang koin dan kertas ke dalam celengannya itu.
Selain itu, aku juga berbagi melalui media sosial mengenai pentingnya melek finansial dan menabung bagi generasi Millennials. Seringnya aku berbagi melalui blog dan fitur instastory di instagramku. Hasilnya beragam, rupanya sebagian besar followersku sangat antusias ketika aku berbagi wawasan mengenai topik ini.
Berbagi wawasan finansial di media sosial (instagram @NabillaDP) |
Mewariskan Kebaikan dengan Menabung untuk Orang Tua Millennials
Meneruskan aktivitas menabung ini juga perlu kita sesuaikan dengan
perkembangan zaman. Kalau dulu di zaman orang tua kita, zaman Generasi Baby Boomers dan Generasi X, motivasi
terbesar kedua generasi ini untuk menabung maupun berinvestasi adalah untuk
membeli aset, baik berupa rumah, tanah, maupun mobil. Kerap juga kita dengar,
terutama di desa, bahwa orang yang sukses adalah yang rumahnya besar dan punya
mobil. Prinsip ini sangat berbeda dengan Generasi Millennials yang memiliki
tujuan lain dalam menabung.
Menurut riset yang dilakukan Qualtrics, nilai ekonomi bagi millenials jaman
sekarang berubah tergantung dari gaya hidup dan tempat ia bekerja. Kebanyakan millennials memilih untuk menyewa rumah
karena mereka melihat orang-orang sekitarnya membeli properti dan menjualnya
lagi dengan keuntungan yang tidak lebih dari 40 persen. Saat akan membeli rumah
atau properti, Generasi Millennials pun banyak berpikir tentang pertimbangan
akan berpindah pekerjaan keluar kota atau bahkan melanjutkan pendidikan di luar
negeri dan berkarier di sana.
Perilaku Generasi Millennials ini makin diperkuat
dengan adanya konsep sharing economy yang memudahkan mereka untuk
berbagi dan menekan biaya hidup. Disatu sisi, Generasi Millennials juga lebih
suka membelanjakan uang maupun tabungannya untuk perihal yang menambah
pengalaman mereka, seperti traveling, nongkrong di cafe yang lagi hits,
datang ke konser dan lain sebagainya. Mayoritas dari Generasi Millennials
kurang suka menghamburkan uang untuk membeli barang yang bagi mereka “nggak penting-penting amat”. Ada pula
dari mereka yang mengaku kesulitan menabung lantaran gajinya habis untuk
menuruti gaya hidup maupun habis karena jebakan lingkaran sandwich generation.
Meski memiliki motivasi menabung dan perilaku konsumsi yang berbeda,
aktivitas menabung tetap tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia. Sebab,
menabung sama halnya mewariskan kebaikan untuk generasi masa depan. Generasi
Millennials yang kini sudah berusia 20-30 tahun, sebentar lagi akan menduduki
posisi penting dalam karirnya. Begitu pula perannya yang sudah pasti akan
meningkat dalam menstimulasi generasi di bawahnya untuk lebih giat menabung.
Oleh karena itu, dari sekarang, penting bagi kaum millennials, khususnya yang sudah menjadi orang tua, untuk belajar
bagaimana menabung yang baik dan meneruskan warisan ini kepada Generasi Z dan
Generasi Alpha nantinya.
Berikut beberapa tips yang bisa diterapkan oleh Bunda Millennials,
generasi usia produktif zaman now agar
bisa mewujudkan impian dan mewariskan kebaikan menabung kepada generasi masa
depan:
Pertama, tentukan tujuan dan prioritas. Kita perlu paham dengan kebutuhan
diri sendiri juga keluarga, apa saja yang perlu didahulukan serta
dinomorduakan. Dengan memahami tujuan, kita tidak akan kehilangan arah di masa
depan. Misalnya, kita menabung untuk haji, untuk pendidikan anak, atau untuk liburan, tentu semua itu perlu direncanakan sejak awal.
Kedua, tabung 10% dari gaji di awal. Jangan belakangan, keburu habis untuk
bersenang-senang! Hehehe. Dengan begini, gaya hidup kita pun akan menyesuaikan isi dompet, bukan kebalikannya.
Ketiga, coba menabung di tanggal yang sama. Caranya, bisa mencoba menabung di tabungan perencanaan yang bisa autodebet di tanggal yang sama setiap bulannya. Ini juga akan membantu kita untuk mengontrol pengeluaran. Atau bisa juga menyisihkan Rp
20.000 rupiah setiap harinya, lumayan lho daripada dua puluh ribunya terbuang
untuk hal yang sia-sia?
Keempat, bijak dalam mengelola pengeluaran. Kita perlu tau kapan waktunya
membeli gadget baru, kapan waktunya
makan enak, kapan menghemat, dan lain sebagainya. Dengan disiplin yang baik,
bukan tidak mungkin kalau kebiasaan baik ini terus tertanam di alam bawah sadar
hingga tua dan bisa kita teruskan ke anak-cucu kita.
Kelima, bersedekah. Wah yang ini jangan lupa ya! Dalam harta kita, ada
harta orang lain juga. Bersedekah juga insya Allah menjadi salah satu cara agar isi tabungan dan investasi kita terus berkah.
Para bunda punya pengalaman apa dalam menabung? Yuk, berbagi di kolom
komentar J
Referensi:
Freepik.com
Canva.com
http://lps.go.id
https://rumahmillennials.com/2018/07/20/5-tips-mengelola-keuangan-untuk-generasi-millennials/#.W11y4fkzbIV
https://rumahmillennials.com/2018/07/20/5-tips-mengelola-keuangan-untuk-generasi-millennials/#.W11y4fkzbIV
https://womantalk.com/career/articles/kata-pakar-tips-mengelola-gaji-untuk-kaum-millennial-xvWW8
https://finance.detik.com/perencanaan-keuangan/d-3620868/generasi-milenial-dan-keuangan-mereka
https://career.popbela.com/working-life/ria-theresia/prediksi-masa-depan-millenials-tidak-mau-punya-rumah-mobil-atau-aset/full
https://www.vice.com/id_id/article/59dvgn/pemerintah-bingung-melihat-millenial-kurang-boros-nih-kami-beri-alasannya
https://www.youtube.com/watch?v=WNMryImhFyw
https://economy.okezone.com/read/2017/02/10/320/1614910/6-manfaat-menabung-untuk-kehidupanmu
Wah wah keren banget bun. Dedeknya lucu. Menabung itu memang harus diajarkan sedini mungkin ya. Kalo bisa, dijadikan 'passion'. :)
BalasHapusmakasi om firman :D betul bangeet.. moga2 mahira juga gemar nabung nanti gedenya
HapusAku setuju banget nih dengan mewariskan kebiasaan menabung.. Aku juga udah nerapin bikin tabungan autodebet.. Supaya tetap terkendali aku juga selalu ngepos-posin uang sesuai kebutuhan dan berusaha disiplin dengan pos yang udah aku tetapkan.. XD
BalasHapushihi setuju mbaa. kalo gak dibantu bank, bisa-bisa gak terkontrol yes :D
HapusWah, setuju! Penting banget buat kita menanamkan kebiasaan menabung ini sama anak ya.
BalasHapusSyuna juga pakai tabungan nih, kak Mahira :D
samaan nih kak Syunaa :D
HapusWaktu single dulu, kerjaan tiap daat gaji foya foya mulu. Pas udah nikah waduuuh berasa banget pentingnya punya tabungan. Selain kebutuhan semakin banyak, selalu ada keperluan mendadak entah anak sakit atau sodara yang butuh bantuan. Sekarang saya lagi ngumpulin tabungan dana darurat. Penting bnget pokoknya punya tabungan. Makasih sudah bikin tulisan yang mengedukasi bun (:
BalasHapustoss mba alhamdulillah nikah membawa kebaikan yaa #eeeh :D
HapusMeanbung harus dimulai sejak dini ya. Anak2ku juga udah diajari nabung sejak mereka TK. Mereka juga skerang udah punya rekening masing2 :) Alhamdulillaah membawa kebaikan, buat masa depan kan bisa juga dipakai kalau ada keperluan mendesak.
BalasHapusbetul mba alhamdulillah kita ajarkan warisan yang baik dan bermanfaat untuk anak :D
Hapus