Bismillahirrahmanirrahim. Per hari ini, insya Allah aku akan mulai menulis
“Tentang ASI”, “Tentang Susu UHT” dan “Tentang Susu Formula”. Perlu aku
garisbawahi dulu disini bahwa tujuan aku menulis seri ini bukanlah untuk
membandingkan siapa ibu yang terbaik. Sekali lagi ya, BUKAN untuk
membandingkan apakah ibu yang terbaik adalah ibu yang memberi ASI, UHT, sufor,
atau bahkan tidak menyusui sama sekali.
Yuklah, kita tinggalkan perdebatan gak penting macam itu di internet.
Pertama, buang-buang energi. Kedua, jangan biarkan otak dijejali dengan energi
negatif macam itu. Aku pribadi punya pendapat bahwa yang namanya ibu yang baik
dan teladan adalah ibu yang sayang anaknya, yang mau belajar, dan
mengupayakan yang terbaik bagi anaknya. Pada dasarnya, kita sudah di setting
sebagai ibu yang terbaik untuk anak. Ada naluri, ada kata hati, dan lain-lain
dalam diri kita agar mampu mengupayakan ketiga kata kunci di atas.
Lah kok jadi bahas ibu terbaik sih? Yang penting kita sepakat dulu ya dan
yakin dalam hati kalau kita adalah ibu terbaik untuk anak-anak kita. Keyakinan
ini penting lho, dia akan membawa energi positif dan kekuatan selama mendidik
buah hati kita. Keyakinan dan insting seorang ibu ini juga nanti yang akan
membantu kita untuk survive dalam menyusui, memilih partner dokter anak
yang tepat, memahami resiko pemberian susu pengganti ASI, sehingga kita bisa
meminimalisir kemungkinan terburuk dan mengatasi tantangan yang datang selama
proses meng-ASI-hi ini.
ASI adalah yang Terbaik
Siapa yang menciptakan kalimat di atas?
Pertama, coba buka kitab masing-masing. Dalam Islam dan di dalam Al-Qur’an,
anjuran kuat untuk menyusui ini ada di Al Baqarah ayat 233. Coba abis gini
dibuka Al-Qur’annya ya. Aku tidak akan memberi penafsiran yang gimana-gimana
karena aku gak punya ilmunya. Begitu juga untuk agama lain, aku nggak ada hak
untuk berbicara tentang ASI dalam kitab lain, tapi aku yakin ada anjuran
kesana.
Nah, dalam Al-Baqarah ayat 233 ini terjemahan pada kalimat pertama
berbunyi, “Dan ibu-ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua
tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna..” kemudian kalimat
selanjutnya berisi tentang tanggung jawab ayah, “...dan kewajiban ayah menanggung
nafkah dan pakaian mereka dengan cara yang patut.”
Selanjutnya, ayat ini juga menghimbau agar orang tua memberikan hak anak
tersebut dengan senang hati, tidak dengan penderitaan maupun tekanan,
“...Janganlah seorang ibu menderita karena anaknya dan jangan pula seorang ayah
(menderita) karena anaknya. Ahli waris pun (berkewajiban) seperti itu pula.”
Kalimat selanjutnya berisi tentang menyapih, “...Apabila keduanya ingin
menyapih dengan persetujuan dan permusyawaratan antara keduanya, maka tidak
ada dosa atas keduanya.”
Kemudian, dilanjutkan pula dengan konsep ibu sepersusuan, “...Dan jika kamu
ingin menyusukan anakmu kepada orang lain, maka tidak ada dosa bagimu
memberikan pembayaran dengan cara yang patut..” kalimat terakhir, adem
banget, “..Bertakwalah kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa
yang kamu kerjakan.”
Meskipun secara tekstual, ayat tersebut memuat tentang anjuran, namun ada
ahli tafsir yang menjelaskan bahwa ayat tersebut merupakan perintah (source: Republika)
bagi ibu untuk menyusui anaknya selama 2 tahun bagi yang ingin menyempurnakan
menyusuinya. Masya Allah, ini juga nanti akan aku bahas, secara ilmiah memang
terbukti bahwa menyusui sampai 2 tahun banyak manfaatnya.
Kalau nggak sampai 2 tahun gimana? Ya nggak papa, nggak dosa asal dengan
persetujuan atau permusyawaratan antara suami dan istri, hal ini juga
menitikberatkan pentingnya komunikasi dengan pasangan hidup kita dalam berbagai
aspek rumah tangga. Aku juga hanya menyusui anakku selama 20 bulan, karena aku
hamil, anjuran dokter, dan sudah diskusi dengan suami. Mungkin kurang lebih
seperti itu ya teknisnya.
Lha, kalau anakku pas awal menyusui kan aku susah keluar ASInya, trus ada
yang donor, gimana dong? Ya nggak papa, alhamdulillah, balaslah kebaikan orang
tersebut dengan cara yang patut. Aku sendiri cukup takjub dengan proses ketika
Rasulullah disusui oleh perempuan lain dan kemudian proses tersebut diangkat
dalam Al-Qur’an dengan konsep “ibu sepersusuan”. Pertama, konsep ini merupakan
solusi hebat, baik dalam skala kecil misalnya anak disusuin sama tantenya atau
mendapat ASI dari donor, maupun skala besar yang sudah diimplementasikan dalam
konsep Human Milk Bank yang sudah terlaksana di beberapa negara maju.
Keren banget kan?! Memang zaman sekarang, kalau mau donor pun tetap ada screening.
Misalnya, dari segi kesehatan, agama, makanan, jenis kelamin, dan lain
sebagainya.
Anyway, ada juga ayat lain dalam Al-Qur’an yang memerintahkan dengan tegas
kepada anak untuk berbakti kepada ayah dan ibunya, terutama ibu, sebab sang ibu
telah hamil dan menyusuinya selama 2 tahun. Ayat ini juga
menunjukkan bahwa sebagai seorang manusia, sebagai seorang ibu, kita memiliki kebebasan
memilih, dengan cara yang ahsan (baik) dan dengan manfaat serta
konsekuensi. Tidak ada yang memaksa dengan paksaan yang kasar, mau nyusuin atau
ngasih susu pengganti. Kita diajak untuk berpikir, diajak untuk memaknai hal
tersebut dengan kesungguhan. Aku pikir logikanya sederhana, ASI merupakan hak
anak yang sangat dianjurkan untuk kita berikan ke anak kita dengan cara yang
baik. Anak, karena kita sudah bersusah payah menyusui, juga wajib berbakti
dengan orang tuanya, dengan bakti yang baik pula. Sederhana saja, tapi penuh
makna. Aku rasanya mau nangis kalau ingat ayat ini, perjuangan menyusui,
perjuangan teman-teman dalam menyusui baik yang full maupun yang endak,
perjuangan para ayah, dan perjuangan para dokter yang Pro-ASI dalam mengedukasi
pasiennya. Buatku adalah orang-orang yang memperjuangkan hak dan kebenaran. Kan
intinya itu.. kita diminta untuk ikhtiar, untuk berjuang sampai pada
titik yang kita mampu.
Aku merinding banget saat baca artikel mengenai pendapat Cak Nun tentang menyusui. Kata beliau, menyusui itu bergabung dengan iramanya Allah. Kita diminta mau, mau dulu, kita diminta melaksanakan dulu.. usaha untuk memberikan hak milik anak kita. Jika ada kendala, mana ada kendala tanpa solusi? Semoga Allah selalu mudahkan kita untuk menyusui.
Aku merinding banget saat baca artikel mengenai pendapat Cak Nun tentang menyusui. Kata beliau, menyusui itu bergabung dengan iramanya Allah. Kita diminta mau, mau dulu, kita diminta melaksanakan dulu.. usaha untuk memberikan hak milik anak kita. Jika ada kendala, mana ada kendala tanpa solusi? Semoga Allah selalu mudahkan kita untuk menyusui.
Mau aja dulu.. yang penting kita usaha dulu, usaha semampu kita, agar sisanya Allah bisa bantu perjuangkan mencari jalan keluarnya. Selengkapnya mengenai quotes Cak Nun ini bisa dibaca di halaman ini |
Kedua, lembaga dunia, WHO dan macam-macamnya. WHO dan UNICEF adalah dua
organisasi internasional yang secara tegas menyatakan bahwa ASI adalah yang
terbaik. Bahkan memberikan pula 10 panduan sukses menyusui yang baru saja di update tahun
ini serta memberikan pula edukasi di berbagai negara. WHO dan
UNICEF juga gak maksain kok, mau nyusuin apa endak. Alih-alih maksa, mereka
lebih ke ngasih wawasan yang logis, berdasar riset, dan solutif untuk beberapa
kendala, misalnya apabila ada ibu yang kesusahan menyusui dan menyangka ASI nya
nggak cukup, padahal sebetulnya cukup banget. Perihal ini akan ku bahas di
postingan berbeda, insya Allah.
Tubuh kita adalah tempat dimana Allah titipkan anak kita untuk pertama kali. It's beautiful and amazing! |
Ketiga, IDAI atau Ikatan Dokter Anak Indonesia. Secara jelas, IDAI dalam
websitenya menuliskan bahwa ASI merupakan
makanan terbaik bagi bayi, karena mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan
kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap percepatan tumbuh kembang, terutama pada
2 tahun pertama. Berikut aku beri link beberapa artikel di website IDAI yes:
Mengapa ASI yang terbaik?
Bahkan bagi bayi prematur dan bayi dalam kondisi bencana, ASI tetap yang terbaik. Bagi bayi prematur ketika organ-organ tubuhnya belum sempurna berfungsi, satu-satunya asupan yang alami dan sangat kompatibel ya tentu saja ASI. Bayangin aja, susu pengganti itu untuk anak usia di atas 6 bulan saja masih beresiko, ndahnio untuk bayi prematur. Kemudian untuk anak dalam kondisi bencana, justru membahayakan kalau dikasih susu pengganti yang butuh air bersih dan kehigienisan tinggi. Satu-satunya yang aman, tetap ASI.
menyusui, mengikuti irama alam. |
Oke, balik lagi ke judul, mengapa ASI adalah yang terbaik?
Dari siapa yang mengatakan saja sudah terlihat sekilas bahwa pasti
ada sesuatu dalam ASI yang membuat ia jadi tidak tertandingi. Al-Qur’an, juga
barangkali kitab-kitab lain, meskipun tidak secara rinci menyebutkan zat-zat
yang terkandung dalam ASI, tetap memberikan clue bahwa ASI adalah cairan
terbaik dan akan makin sempurna kalau nyusuinnya sampai 2 tahun. Ada artikel
ringan dari IDAI tentang Nilai Nutrisi ASI , ASI sebagai pencegah malnutrisi pada bayi, ASI dan kekebalan tubuh, dan lain sebagainya. Kalau
mau cari, search aja disana atau klik masing-masing link pada artikel yang aku
referensikan di atas. Banyak banget dah referensi yang tersaji bahwa ASI
mengandung zat-zat bermanfaat bagi bayi yang njelimet dan tidak aku pahami itu
(makanya gak ku tulis disini, better langsung buka link aja ya wehehe!). Intinya:
ASI telah terbukti menjadi satu-satunya makanan dan minuman yang terbaik dan kompatibel dengan
perut bayi saat newborn sampai 6 bulan dan tetap bergizi sampai usia 2 tahunan.
Satu hal yang menurutku sangat unik dari ASI dan membuatnya menjadi tidak
tergantikan. ASI memiliki “cairan hidup” atau living substance seperti
hormon dan enzim (Source: Detik.com.
Itulah kenapa buanyak sekali profesor di luar negeri, rumah sakit, bidan,
di negara-negara maju seperti di beberapa negara di Eropa, Amerika, dan Aussie
sangat menganjurkan dan membantu para ibu untuk breastfeeding. Ada teman
yang mengatakan bahwa Jepang, meskipun majunya kayak gitu, termasuk yang woles
soal aturan menyusui. Dunno, nanti coba ku cari tau.
Di Indonesia, secara hukum sih sudah jelas, begitupula himbauan dari
pemerintah dan dukungan dari berbagai organisasi. Namun sayangnya, menurutku
dari segi kebijakan belum terlalu kuat. Meskipun kampanye untuk meng-ASI-hi
itu cukup masif, tapi tidak sampai pada tataran kebijakan publik gitu. Aku
pribadi melihat, pemerintah masih cukup permisif dengan masuknya susu pengganti
ASI (bahkan untuk bayi prematur dan newborn!) dan mengampanyekan
produknya secara masif. Bahkan banyak yang mengkritisi kalau cara marketingnya
sudah melanggar kode WHO. Mengenai hal ini, akan aku bahas pula nanti.
Jadi gimana, mau pilih yang mana?
Idealnya, semua ibu pasti kepengen anaknya dapet ASI. Sama halnya mayoritas atau let’s say semua ibu kepengen lahiran normal. Aku rasa kalimat ASI adalah yang terbaik harus diamini semua pihak, oleh ibu yang memberi anaknya susu pengganti sekalipun. Sebab, hal ini sudah terbukti baik secara ilmiah maupun gak ilmiah (halah mbulet). Seperti akupun yang melahirkan secara SC, aku tetap mengiyakan bahwa lahiran normal adalah yang terbaik. Kalau ada yang minta saran ke aku, tetap saja aku katakan: kalo bisa normal ya normal aja. Lha masalahnya kemarin aku gak bisa ee.. udah berupaya, to, dan udah menyangkut nyawa si kecil.
Persetujuan kita terhadap hal ini merupakan penerimaan yang baik. Kita menerima, bahwa secara alami, memang ASI itu the best. Ini penting sebab secara nggak sadar, penerimaan dan keyakinan ini akan membantu tubuh kita untuk mau berjuang. Selain itu, sekalipun upaya kita sudah mentok notok jedok dan sangat terbatas dalam memberi ASI, kita bisa melihat opsi nomor 2,3,4, dst, mengenal resiko, dan meminimalisirnya.
Memberi ASi tetap saja ada tantangannya, yang susah pelekatan, ASI sedikit, stres, baby blues,
dan lain sebagainya. Wajar gak? Wajar-wajar aja! Asal kita bisa menerima tantangan ini dan bergegas mengatasinya. Perihal kendala menyusui ini, insya
Allah akan ada di seri yang selanjutnya. Aku nulis kayak gini seolah-olah nyusuinku lancar jaya ya.. padahal ya podho wae, banyak drama! 😂 tapi kayaknya kalo gak drama gak belajar deh. wehehe.
Buat penutup postingan kali ini, boleh yuk kita sama-sama membaca dalam
hati: ASI itu bagai mutiara, ia sangat bernilai. Mahal. Butuh upaya nyelem-nyelem
dikit, butuh susah payah dan basah, butuh ngatur nafas, butuh keahlian, ilmu,
serta kemauan kuat untuk dapat meraihnya.
Kabar baiknya adalah kita tidak sendirian. Semua ibu yang menyusui
mengalaminya. Selagi mampu, selagi mungkin, ayo kita perjuangkan hak terbaik untuk anak-anak kita.
---
Referensi:
Ada pada masing-masing link di atas
Foto: canva, pinterest
---
Referensi:
Ada pada masing-masing link di atas
Foto: canva, pinterest
Aku kalau baca tentang ASI itu antusias banget. Karena cairan hidup ini nggak bisa dibeli di mana-mana, nggak ada yang jual. Makanya aku bersyukur bisa menyusui anak pertama sampai 2 thn 6 bulan dan anak kedua samapai skrg usia 14 bulan. Allahuakbar, segala nikmat yang dia berikan.
BalasHapussamaa mba Nurul. Aku juga sangat antusias kalau ada penelitian terbaru tentang ASI. rasanya WOW banget lah. semoga kita selalu diberi rezeki berupa ASI yang baik dan cukup ya mba. aamiin :)
Hapus