Mengasuh
adalah kata kerja, mengembangkan kecerdasan si kecil juga kata kerja. Buatku
dan suami, penting sekali keterlibatan, kesadaran, dan kehadiran sebagai orang
tua dalam setiap perkembangan si kecil. Terlibat dan sadar dalam arti tidak
sekedar menemani dan mendengarkannya, melainkan juga mengamati setiap detail
yang ia lakukan. Sebab, dunia anak kecil itu unik. Ketika si kecil memecahkan
telur atau menumpahkan tepung, bukan berarti ia nakal, bisa saja ia justru
sedang penasaran, dan inilah salah satu tanda bahwa otak dan kreatifitasnya
sedang bekerja! Juga, penting sekali membuat suasana eksplorasi menjadi nyaman
dan menyenangkan. Karena #AnakCerdasItu anak yang tangguh dan bahagia!
Mengenal Kecerdasan Si Kecil
Aku percaya
bahwa tidak ada anak yang bodoh, setiap anak memiliki keunikan dan
kecerdasannya masing-masing. Hal ini terbukti dari riset seorang pakar
pendidikan dari Universitas Harvard, Howard Gardner, yang mengungkapkan bahwa
ada delapan jenis kecerdasan anak menurut teori Multiple Intelligences. Delapan jenis kecerdasan anak yaitu word smart (kecerdasan linguistik), number smart (kecerdasan logika atau
matematis), self smart
(kecerdasan intrapersonal), people
smart (kecerdasan interpersonal), music
smart (kecerdasan musikal), picture
smart (kecerdasan spasial), body
smart (kecerdasan kinetik), dan nature
smart (kecerdasan naturalis).
Setiap anak sangat mungkin bisa memiliki delapan jenis kecerdasan ini.
Hanya saja, ada anak yang hanya menonjol pada satu atau lebih jenis kecerdasan
tersebut. Untuk itu, tugas utama orang tua adalah mengenali jenis kecerdasan
anak, membantu mengasahnya, dan mendukung anak sesuai jenis kecerdasannya.
Pola Pengasuhan yang Baik, Rahasiaku #DukungCerdasnya Si Kecil
Salah satu upaya untuk mengenali jenis kecerdasan anak adalah melalui pola
pengasuhan yang tepat. Sebagai
seorang working at home mom, aku
sangat bersyukur bisa meluangkan waktu untuk Mahira, anak pertamaku yang kini
berusia 2 tahun 1 bulan, meskipun hanya untuk mengulang apa yang ia katakan,
ngobrol ringan, mengajaknya jalan-jalan sore, mengajarinya beberapa kosakata
baru, dan menemaninya agar berani berkarya. Mahira ini tipikal anak
yang malu untuk mencoba pertama kali. Dia perlu didukung dan terus dimotivasi
agar berani berkarya. Mahira pertama kali belajar menggambar saat berusia 19 bulan . Tapi Mahira sangat ragu untuk menggoreskan pensil warna di
atas kertas. Jadi, kami perlu turun tangan untuk menstimulasi. Beberapa hari
kemudian, tiba-tiba saja rumah sudah penuh coretan tangannya! Hihihi.😀😁 Mahira pun bersorak kegirangan:
"Bebek.. yellow!"
"waiii!" (butterfly)
"hippo!"
"Bebek.. yellow!"
"waiii!" (butterfly)
"hippo!"
Mahira dan mahakaryanya :D |
Suamiku yang
bekerja, juga selalu meluangkan waktu di pagi atau sore hari bersama Mahira. Kegiatan
favorit antara Mahira dan ayahnya adalah melihat kerbau di sore hari dan
olahraga. Mahira memang terlihat sangat menonjol dalam kecerdasan tubuh
(kinestetik) dan bahasa. Jadi, segala aktivitas parenting kami fokuskan untuk mendukung agar Mahira mampu
mengoptimalkan kecerdasannya di masa depan. Lihat saja video di bawah ini, Mahira sangat menikmati berkejaran dengan ayam jago di lapangan dekat rumah! 😁😂
Kunci
pengasuhan aku dan suami adalah dengan mengasuh secara sadar dan terlibat.
Dalam bahasa Inggris, pola pengasuhan ini disebut dengan Mindful Parenting
dan dalam bahasa Indonesia disebut dengan Mengasuh Berkesadaran.
Mengasuh
Berkesadaran adalah sikap, ucapan, dan perilaku serta penampilan orang tua yang
mengedepankan kesadaran dalam mengasuh buah hati mereka. Sadar dalam artian
selalu menjaga kesadarannya dari pikiran, ucapan, dan semua perilaku yang
kurang pantas. Beberapa poin yang penting adalah (1) mendengarkan dengan penuh
perhatian, berbicara dengan empati; (2) pemahaman dan penerimaan untuk tidak
menghakimi; (3) kecerdasan emosional; (4) pola asuh yang bijaksana dan tidak
berlebihan; serta (5) mengambil sikap lebih lemah lembut dan pemaaf dalam
pengasuhan.
Dengan pola pengasuhan berkesadaran, Mahira lebih bebas dalam bereksplorasi,
akupun juga tidak melarangnya selama itu tidak membahayakan. Sikapku itu semata
hanya untuk mendukungnya lebih mengenal diri dan dunia sekitarnya. Sebagai
orang tua yang menerapkan pola asuh berkesadaran, aku selalu mengamati tingkah
lakunya saat “ngeberantakin rumah”. Buatku,
membiarkan Mahira terus penasaran itu sangat penting, agar semakin optimal
kemampuan psikomotorik, perhatiannya, bahasa, memori, serta penyelesaian
masalah.
Meski demikian, tetap saja ada kendala dalam tahap eksplorasi ini. Yang
paling sering aku alami adalah nafsu makan anakku yang belum stabil. Kadang
lahap banget, besoknya bisa GTM. Ada yang senasib, buibu? Meskipun
Mahira termasuk memiliki pertumbuhan yang baik dan sesuai dengan KMS, aku tetap
memberinya nutrisi tambahan melalui susu UHT, madu, dan bila perlu dengan multivitamin agar ia terus sehat, nafsu makan baik, serta kecerdasannya optimal.
Kalau bunda di rumah, punya rahasia apa dalam #dukungcerdasnya si kecil?
Bisikin aku dooong~
Referensi:
https://www.popmama.com/kid/1-3-years-old/fx-dimas-prasetyo/aspek-kecerdasan-anak-yang-perlu-mama-ketahui/full
Dedek Mahiraaaa, kamu kok gemessss sekaliii... :*
BalasHapusMahakaryanya luar biasa :*
makasi auntyy :)
Hapusmemang pendampingan anak sejak kecil harus ya agar apa saja bisa terpantau
BalasHapusbetul mba Tira :D
HapusMahira cantik banget deh, aku juga pakai cerebrofort buat supplement anak yang aktivitasnya segambreng mbak, soalnya sekarang pancaroba Alhamdulillah anak-anak masih tahan banting aja. Sehat-sehat terus ya dedeh dan makin pintar :*
BalasHapusaamiin.. sehat2 juga buat buah hatinya mbaa. iya zaman now penting ya mba ngasih suplemen, buat daya tahan tubuh juga :D
Hapus