Kalian pasti
punya bank kesayangan, kan? Itu lho, bank yang sejak kecil menemani kalian
hingga dewasa ini. Bisa jadi karena pelayanan, fasilitas, maupun kemudahan yang
diberikan.
Mengingat
makin kesini, dunia digital makin menuntut kita untuk setidak-tidaknya memiliki
satu akun bank dan punya fasilitas minimal mobile dan SMS banking,
syukur-syukur punya internet banking. Aku bedakan karena tidak semua bank
menyatukan fasilitas tersebut, beberapa bank memisahkan antara mobile dan
internet bankingnya.
Dan kalau
boleh aku menebak, kalian pasti punya beberapa pengalaman dan cerita berkesan
dengan bank tersebut. Entah pengalaman yang manis maupun yang bikin hati
teriris. Mungkin pengalaman pahit membayar utang? Pengalaman manis mendapat
gaji pertama? Pengalaman berhasil membeli produk kesayangan? Atau pengalaman
berkesan bisa transfer sejumlah uang atau memberi orang tua barang yang
diidam-idamkan?
Aku juga
punya cerita berkesan dengan bank yang sudah menemaniku sejak tahun 2009 hingga
2018 ini. Bank yang membantu aku jadi mandiri dan merekam jejak kakiku sejak SMA hingga jadi emak-emak yang
Insya Allah sebentar lagi sudah beranak dua. Bank yang menemani prosesku di
masa belia hingga berumah tangga.
Bagaimana
mungkin aku bisa melupakan jasanya?
Nostalgia Pertemuan Pertama dengan Bank Mandiri
Perkenalanku
dengan Bank Mandiri dijembatani oleh ibuku. Tepatnya, satu bulan menjelang aku
berusia 17 tahun, Ibu mengajak aku ngobrol 4 mata. Banyak yang Ibu bicarakan
terkait harta, utang, dan pendidikanku di masa depan. Obrolan ini muncul bukan
tanpa sebab, saat Desember 2009 dimana usiaku menginjak 17 tahun nanti, ibu dan
ayah pergi haji. Banyak hal yang beliau persiapkan, termasuk edukasi finansial
kepada aku yang saat itu masih duduk di kelas 2 SMA.
Saat itu
mata ibu berkaca-kaca, beliau mengatakan bahwa orang yang pergi haji harus siap
dengan segala kondisi termasuk apabila meninggal dunia di tanah suci. Diberi
tahu bahwa ibu dan ayah punya harta dan utang saja aku sudah deg-degan,
mendengar perkataan ibu barusan, membuat kepalaku makin pening.
Namun, aku
terus mendengarkan, berusaha memahami arah pembicaraan.
Singkat
cerita, ibu berharap aku bisa menjaga diri, menjaga amanah orang tuaku baik
yang materi maupun nama baik. Ibu juga memberi beberapa pesan tentang aku yang
saat itu akan masuk ke perguruan tinggi.
Salah satu
pesan yang ibu berikan, Ibu dan Ayah ingin aku bisa sekolah tinggi. Di keluarga
besar, pendidikan menjadi barang langka. Hanya sebagian kecil keluargaku, yah
boleh ku katakan 5% nya, yang pernah menempuh pendidikan hingga S1. Makin kecil
lagi yang berkenan menamatkan studinya hingga S2.
Saat itu,
ibuku membiayai sekolah beberapa adik sepupuku. Ibu dan ayah sangat berharap,
aku bisa berprestasi dan mendapat beasiswa di kuliah nanti agar bisa
meringankan beban ayahku dan menjadi inspirasi bagi saudara-saudaraku yang
lain.
Meski ibu
berharap aku bisa mandiri di kuliah nanti, Ibu tetap menyiapkan tabungan
pendidikan, sebagai hadiah ulang tahun ke-17 nanti. Aku sebetulnya tidak minta
dibukakan rekening, aku juga bukan termasuk anak yang mudah meminta uang ke
orang tuaku untuk hal-hal yang tidak terlalu penting. Dalam banyak hal, aku
betul-betul manut sama beliau. Kebetulan saat SMA, aku beberapa kali menjuarai
kompetisi bersama tim sehingga lumayan untuk menambah uang saku sehari-hari.
Tepatnya
tanggal 6 November 2009, ibu mengajakku ke Bank Mandiri di KCP Sidoarjo
Gateway. Aku masih bisa merekam momen itu. Aku hanya duduk dan menunggu
dipanggil untuk tanda tangan, di edukasi singkat, kemudian menerima kartu
ATM berwarna kuning.
Saat itu,
secara resmi aku menjadi nasabah Bank Mandiri. Sampai sekarang, aku juga masih
menggunakan Mandiri, begitupun di masa depan nanti.
Ya, segitu
bermaknanya Bank Mandiri untuk kehidupanku.
Mendapat Beasiswa
Aku berhasil
mengabulkan keinginan orangtuaku untuk mendapat beasiswa. Syukurlah zaman
sekarang beasiswa bukan hanya untuk anak yang kurang mampu saja, tetapi juga
ada porsi beasiswa untuk mahasiswa yang prestatif. Poin itulah yang aku kejar.
Sebisa mungkin aku menjaga nilai, track record akademik dan prestasi di
luar kelas. Alhamdulillah, berkat kegigihanku, selama S1 aku mendapat 2x
beasiswa.
Perburuan
beasiswa ini terus berlanjut. Saat S2, aku juga mencari beasiswa untuk memodali
aku menempuh pendidikan. Alhamdulillah, aku mendapat beasiswa lagi, fully
funded dari LPDP.
Nah, kalau
dapat beasiswa gitu, biasanya pakai sistem transfer ke rekening, dan sayangnya,
bank yang diajak kerjasama bukan Bank Mandiri. Jadi jujur saja, agak ribet
pengecekannya.
Aku terbiasa
menggunakan SMS Banking Mandiri (duluuu banget nih waktu belum kenal Internet
Banking) dan Mandiri Mobile. Soalnya, pengecekan saldo dan untuk transaksi
nggak ribet. Jadilah aku segera mengatur keuangan beasiswa, jadi setelah masuk
ke bank A, sebagian langsung aku pindah ke rekening mandiri untuk keperluan
sehari-hari.
Tampilan Mandiri Mobile Lama |
Mandiri Menemani Perjalananku di Luar Negeri
Masa kuliah
itu masa yang menyenangkan sekaligus penuh kegalauan ya?
Saat itu,
banyak teman-teman kuliahku yang menghabiskan waktunya untuk kuliah saja,
organisasi, hingga hura-hura. Yah, pokoknya aktualisasi diri, lah. Aku termasuk
yang suka mengagendakan setiap tahunnya, untuk traveling GRATIS di dalam maupun
luar negeri.
Dan, yes,
aku berhasil mewujudkannya!
Paling
berkesan tentu saja saat berada di Tiongkok tahun 2011, di Jerman tahun 2013,
dan di Jepang tahun 2013. Satu garis merahnya yang khas mahasiswa: KEHABISAN
UANG CASH.
Di Tiongkok,
aku mengikuti beberapa agenda yang sifatnya volunteer, namun ada
honornya. Lumayan, saat itu bayaran yang diberikan bisa aku gunakan untuk
traveling ke Hongkong. Masalah kemudian datang saat aku berada di Hongkong. Aku
nyaris kehabisan uang karena kalap membeli oleh-oleh untuk keluarga! Maklum,
saat itu baru pertama kalinya aku ke luar negeri. Trus gimana? Tarik uang,
dong. Aku tinggal mencari bank yang ada logo VISA nya, dan aku gunakan kartu
mandiri ku untuk bertransaksi di luar negeri.
Problem
solved!
Di Jerman
pun sama. Saat itu, meskipun agenda kami cukup singkat dan padat, selalu ada
waktu colongan di jam makan siang untuk sekedar jalan-jalan di kota tua Leipzig
dan berbelanja. Waduuh, diskonnya dimana-mana! Aku sempat membeli sepatu
H&M seharga 5 Euro saja (saat itu 1 euro 16 ribuan) , cakep dan pas di
kaki! Ini betul-betul anugrah karena di Indonesia aku kesusahan mencari size
sepatu yang cukup untuk kakiku yang besar ini.
Belum lagi
saat city tour di Berlin. Ke stasiun besarnya berlin yang seperti mall
saja lagi-lagi membuatku lapar mata. Mana keluarga juga nitip oleh-oleh
macem-macem mulai dari Jersey Timnas Jerman sampai magnet. Eh jangan salah,
magnet aja bagus banget, lho.
Duit abis?
JELAS! Hehehe. Solusinya ya lagi-lagi tarik tunai saja. Atau belanja cukup
dengan gesek kartu mandiri. Selesai deh urusan. Untunglah saat itu seluruh
biaya perjalananku ditanggung oleh kampus, jadi lumayan aku hanya keluar uang
untuk jajan dan buah tangan saja.
Sementara
yang paling epic terjadi di Jepang. Saat kepulangan, aku yang kalap
belanja di Jepang (lucu-lucu abis barangnyaa!) kena masalah di bandara karena
koper membengkak dan tentu saja aku dikenai yang cukup mahal. Lagi-lagi aku
mengandalkan debit Mandiri, namun, entah kenapa tidak bisa digunakan. Padahal
uang di dalamnya ya cukup, lho. Jadilah aku meminjam cash ke teman, dan
sesampainya di Indonesia, langsung aku transfer ke dia via Bank Mandiri.
Berwirausaha? Pakai Mandiri, dong.
Aku juga
sempat belajar wirausaha dan bisnis. Terhitung sejak tahun 2015, aku mulai
mengembangkan bisnis fashion hijab dengan brand La Desya. Saat itu aku tinggal
di Jogja dan cukup sering mengikuti bazaar.
Namun,
karena aku juga paham bahwa pasar online di Indonesia sedang tumbuh dengan
cantiknya, aku juga belajar memasarkan produk secara online, baik di Instagram
maupun di website toko online.
Lagi-lagi,
Bank Mandiri yang menjadi andalanku.
Tampilan Mandiri Online Lama (atas) dan Mandiri Online versi baru (bawah) |
Sebab, saat
masih menggunakan Mandiri Mobile pun, cek mutasi bisa sangat mudah. Ini penting
banget lho, sebab kita tahu pembeli sudah benar-benar jujur bertransaksi ya
dari cek mutasi ini. Apalagi sejak ada mandiri online tahun 2017, duh
bener-bener mudah banget hidupku. Sesuai banget lah sama salah satu prinsip hidup: ANTI RIBET! 😁
Aku mengapresiasi langkah Bank Mandiri untuk meluncurkan Mandiri Online yang merupakan layanan terintegrasi dari Mandiri Internet dan Mandiri Mobile yang tampil dengan wajah baru, menghadirkan kenyamanan dan kemudahan buat nasabahnya, mulai dari untuk mendapat informasi rekening maupun melakukan berbagai macam transaksi finansial.
Aku mengapresiasi langkah Bank Mandiri untuk meluncurkan Mandiri Online yang merupakan layanan terintegrasi dari Mandiri Internet dan Mandiri Mobile yang tampil dengan wajah baru, menghadirkan kenyamanan dan kemudahan buat nasabahnya, mulai dari untuk mendapat informasi rekening maupun melakukan berbagai macam transaksi finansial.
Sekarang pun
untuk urusan pekerjaan di bidang freelance writing dan blogging,
aku juga hanya menggunakan satu rekening untuk transaksi yaitu Bank Mandiri.
Kemudahan Transaksi Menggunakan Mandiri Online
Selain itu,
aku juga menggunakan Mandiri Online untuk bertransaksi online… ehem, bayar belanjaonline maksudnya! Aku kerap menggunakan Bank Mandiri untuk berbelanja di
beberapa e-commerce dan marketplace pilihan. Begitu pula untuk membeli tiket
pesawat ataupun kereta api. Biasanya kalau belanja online kita hanya diminta
memasukkan virtual account gitu, nah itu praktis bangeeet. Sementara
kalau beli tiket kereta, aku juga hanya tinggal memasukkan kode booking
dan otomatis pembayaran sudah selesai.
Bener-bener andalan bunda millennials mah kalau begini!
Bener-bener andalan bunda millennials mah kalau begini!
8 Keunggulan Mandiri Online |
Jadi inget deh, saat transisi dari Mandiri Mobile ke Mandiri Online ini, aku sempat mengalami kendala beberapa hari, kemudian aku telepon CS Mandiri Pusat. Darisitu aku mengetahui bahwa sudah ada aplikasi canggih bernama Mandiri Online. Besoknya aku bersegera ke Bank Mandiri terdekat untuk mengaktifkan Mandiri Mobile ini.
Sejak saat itu, hampir semua urusan rumah tangga dan bisnis aku lakukan dengan Mandiri Online, sebelumnya aku masih campur dengan Mobile Banking bank lain. Beli pulsa dan listrik rumah? Pakai Mandiri Online lah. Kapanpun dimanapun, aku bisa membeli token listrik saat habis. Apalagi, aku bisa menyimpan otomatis nomor listrik rumah di aplikasi Mandiri Online.
Layanan
Mandiri Online ini juga jaraaang sekali ada kendala atau trouble. Hal
ini membuktikan bahwa Bank Mandiri sangat bersungguh-sungguh untuk memberikan
pelayanan terbaik. Safetynya pun terjaga. Kalau kita sudah selesai bertransaksi
online, biasanya kan kita suka nge-screen shoot gitu ya. Nah, tapi kalau
pakai Mandiri Online, kita nggak boleh nge-screen shoot untuk
pengamananan. Namun, ada alternatif berupa download gambar dan mendapat laporan
transaksi via e-mail.
Ah, bener
deh, berkat mandiri, aku bisa #JadiMandiri !
Referensi:
Canva.com
https://www.bankmandiri.co.id/mandiri-online
Infografis by Nabilla DP
Referensi:
Canva.com
https://www.bankmandiri.co.id/mandiri-online
Infografis by Nabilla DP
Dari kecil sampai sekarang sudah beranak 1 uda beberapa bank yang kucoba. Salah satunya Mandiri yang masi kupertahankan
BalasHapusyup betul mba, memang layak dipertahankan hehe :D
Hapussuami ku juga pengguna setia mandiri online nih. udah belasan tahun jadi nasabah hehe
BalasHapusasik deh mba, kalo belanja online tinggal pinjem hape suami wekekek
HapusKalau saya baru sekitar 5 atau 6 tahunan ya pakai mandiri.
BalasHapusDan emang menyenangkan, fitur di Mandiri Online nya banyak :)
yup betul mba :D
HapusSaya juga pernah pakai mandiri online dan kebantu banget untuk transfer dan bayar tagihan itu ini.
BalasHapussyukurlah mba, jadi lebih ringan ya tugas emakemak gini heheh
Hapus