Kelar nulis tentang menyusui, di postingan kali ini aku mau membahas
sedikit tentang susu UHT. Susu UHT ini banyaaak banget digunakan oleh ibu-ibu
sebagai susu tambahan setelah anak di atas 1 tahun atau asupan susu utama
setelah menyapih anak.
Kandungan Gizi dalam Susu UHT
UHT adalah singkatan dari proses susu tersebut, yakni Ultra-High
Temperature atau proses pengolahan bertemperatur sangat tinggi. Dari
alodokter.com aku dapat insight bahwa dalam prosesnya, susu akan
diberikan suhu hingga di atas 135 derajat Celsius selama 1-2 detik. Tujuan
pemanasan menggunakan suhu sangat tinggi dalam waktu singkat tersebut guna
membunuh spora di dalamnya, agar kandungan gizi tidak banyak berubah, serta
untuk menjaga aroma, rasa, dan warna agar mirip susu asli.
Setelah itu, susu akan dikemas secara steril dan memiliki masa konsumsi
selama 6-8 bulan tanpa perlu disimpan di lemari pendingin. Namun, panjangnya
masa konsumsi tersebut berlaku selama kemasan tidak dibuka. Kalau sudah dibuka,
sebaiknya segera dihabiskan. Beberapa merk susu menyebutkan, sebaiknya susu
dikonsumsi maksimal 4 hari setelah kemasan di buka, dalam kondisi susu berada
di lemari pendingin.
Karena dipanaskan dalam suhu tinggi, jadi banyak pertanyaan, gimana dong
kandungan gizinya?
Mengutip (lagi) dari alodokter.com, proses UHT hanya berakibat pada
penurunan jumlah vitamin dalam jumlah yang kecil, di bawah 20% saja. Nah,
biasanya, produsen susu UHT menambah beberapa vitamin tambahan sebagai ganti
zat-zat bermanfaat yang hiang itu tadi. Intinya, proses UHT tidak terlalu
memengaruhi gizi pada susu UHT. Begitu pula kandungan lemak dan protein dalam
susu, perubahan akibat proses UHT akan terjadi namun hanya sedikit saja.
Ada insight lain dari klikdokter.com yang dijawab langsung oleh dokter,
daripada copas konten, aku screenshoot aja ye:
sumber: klikdokter.com , detail link di bawah |
Kapan Susu UHT Diberikan untuk Bayi?
Sebagian produsen susu UHT mencantumkan pada kemasan bahwa susu dapat
dikonsumsi untuk anak yang berusia di atas 2 tahun, hal ini dikarenakan untuk
mendukung program pemberian ASI selama 2 tahun. Kebanyakan memberi warning yang
jelas bahwa susu UHT tidak untuk anak usia di bawah 1 tahun. Namun banyak
referensi yang mengatakan bahwa UHT bisa diberikan sebagai selingan atau
perkenalan sejak usia di atas 1 tahun.
berbagai warning pada susu UHT |
Mengenai hal ini, aku pernah berkonsultasi dengan Dokter Dini, baiknya
untuk di atas 1 tahun, susu UHT bisa dikenalkan melalui makanan dulu misalnya
puding, aneka roti, makanan, dan lain-lain pada MPASI. Seingatku, beliau sempat
menyarankan pemberian UHT baiknya di atas usia 18 bulan. Tapiiii… aku sudah
memberi Mahira UHT sejak usia 15 bulan karena dia yang minta! Hehehe. Untuk
rasa, lebih baik yang plain saja, kan ada tuh rasa vanilla, coklat, stroberi,
dan plain. Nah, pilih yang plain aja.
Tetapiiii… lagi-lagi Mahira sudah kenal yang rasa coklat saat usia sekitar
17 bulan! Hehehe. Karena dia yang minta. Ya sudah aku berikan saja dikit-dikit,
karena khawatir ada reaksi alergi atau batuk, secara ya manis-manis semacam
coklat itu kan juga bisa memicu batuk. Tapi lama-lama dia cocok kok. Dan
sekarang setelah usianya di atas 20 bulan, setelah aku sapih lebih tepatnya,
dia juga lebih suka susu UHT rasa coklat. Terkadang, aku berikan juga susu sapi
murni yang direbus saja sebagai selingan. Untuk susu sapi murni ini aku berikan
di atas usia 15 bulan juga. Mahira telap-telep banget alias lahap waktu
dikenalin dengan susu sapi ini. DSA nya Mahira juga menyetujui, agar menambah
kekayaan cita rasa di indra perasanya.
Ada seorang dokter SpA yang pernah aku ajak diskusi, aku lupa nama beliau,
tapi beliau sudah pernah berkeliling ke beberapa produsen susu UHT dan susu
formula. Beliau menceritakan pengalamannya berkunjung ke salah satu produsen
susu UHT yang cukup terkenal.
Dari pengalaman itu, beliau saksikan sendiri bahwa susu sapi segar yang
datang sebagai bahan baku UHT adalah susu sapi yang kualitasnya terbaik.
Sementara susu sapi yang kualitasnya dibawahnya digunakan untuk susu formula.
Kurang lebih, kedua produk ini, bahan bakunya sama, lho, dan kalau untuk harga
sudah pasti tidak mahal (bagi produsen).
Mengapa susu formula bisa lebih mahal harganya? Bukan… bukan karena bahan
bakunya! Sebab bahan bakunya sama aja kayak susu UHT. Mahal itu karena
banyaknya vitamin dan zat-zat bergizi lainnya yang ditambahkan ke dalam susu
sebagai ganti hilangnya zat asli yang terkandung dalam bahan baku. Kemudian,
juga yang pasti agar menutup biaya marketing. Tidak bisa dipungkiri, bussiness
is bussiness.
Ada beberapa dokter anak yang cukup kekeuh bahwa susu formula bisa menjadi
solusi karena kandungan gizinya yang lengkap. Menurutku, balik lagi ke
kebutuhan anak dan pilihan orang tua. Betul memang kandungan-kandungan nutrisi
dalam susu formula yang diperuntukkan bagi anak usia 0 sampai berapa, 3 atau 4
tahun ya, sudah di-approved, artinya sesuai dengan kebutuhan anak di usia
tersebut. Tetapi, disatu sisi juga ada resikonya. Mau memberi atau tidak, balik lagi orang
tua harus paham manfaat serta resiko, jadi bisa menimbang, worth it atau
tidaknya jika diberikan ke anak. Terkait susu formula ini, akan aku bahas terpisah ya. Disini cuma at
a glance aja.
Susu UHT pun menurutku juga ada kelemahannya. Yang paling kentara adalah
pada durasi daya tahannya, dimana waktu awetnya lebih singkat ketimbang susu
formula. Beberapa dokter mengatakan bahwa kandungan gizi tambahan pada susu UHT
dibawah susu formula.
Pengalaman pribadi, susu UHT (setidaknya di anakku) nggak bikin
gendut. Buat sebagian orang tua (dan nenek kakeh) hal ini bisa jadi masalah,
karena di Indonesia, masih banyak anggapan bahwa anak gendut = lucu dan sehat.
Tapi buatku bukan masalah besar. Sebab, aku masih menjadikan makanan
sehari-hari sebagai sumber gizi utama, sebagaimana dalam pedoman gizi seimbang.
Zat-zat bergizi yang terkandung dalam susu-susuan itu sebetulnya kan melimpah
ruah di makanan pokok, misalnya, kalau butuh zat besi bisa ditemukan di daging
yang berwarna merah.
Aku memberi prioritas pada makanan sebab ya makanan sehari-hari itu kan
sumber gizi utama. Susu hanya sebagai tambahan saja, jadi dia nggak urgent-urgent
banget lah. Terlebih, aku sudah menyaksikan bagaimana beberapa anak susaaah
banget makan dan dia lebih memilih minum susu formula hingga beberapa botol
agar kenyang. Memang si anak jadi gendut, tetapi kekayaan cita rasanya jadi
“hilang”. Pada kasus yang seperti ini, berarti kan susu formula sudah
menggantikan makanan. Ini salah satu resiko yang mungkin terjadi pada konsumsi
susu formula yang menyebabkan aku enggan memilih opsi ini.
Sementara di pengalamanku, Mahira biasanya minum susu UHT satu hari 1-2
kemasan. Kadang, dia sehari bener-bener gak mau minum susu. Mahira memang nggak
gendut, tapi dia lincah, aktif, dan selera makannya Mahira baik,
alhamdulillah. Begitu pula pertumbuhan gizi yang bisa dilihat melalui grafik,
tidak ada tanda-tanda ADB atau gizi buruk.
Saat berusia sekitar 1 tahunan, aku lupa sih pastinya, aku pernah
menanyakan mengenai ADB ini pada dokter Dini. Aku khawatir, karena Mahira saat
itu susah banget MPASInya (yaelaa semua ibu kayaknya ngalamin ya?? hihihi) aku
jadi was-was dia terkena ADB. Untuk meyakinkan, akhirnya Mahira di tes darah
dan ternyata…. dia nggak ADB. Semuanya baik, alhamdulillah.
Membedah Susu UHT yang Beredar di Pasar
Dari pengertian susu UHT di atas, yang aku tangkap, yang namanya susu UHT
kalau dilihat dari prosesnya memiliki bahan baku berupa susu segar dan
bentuknya cair ya, yang kemudian dipanaskan dan tetap menjadi cair. Persoalan
kemudian dia dikasih zat-zat tambahan seperti vitamin, perasa, pewarna, dll itu
jadi kebijakan masing-masing produsen.
Proses ini penting banget dan yang menjadi pembeda antara susu UHT dengan
susu formula yang berbentuk bubuk. Kalau susu formula, bentuk awalnya susu sapi segar (cair) yang
kemudian diproses menjadi bubuk. Kandungan gizinya? Sudah pasti banyak yang hilang, bayangin aja dari cair ke bubuk, lho. Makanya dalam susu formula,
kalau ada macam-macam vitamin dan zat bergizi lainnya, itu semua sifatnya
adalah tambahan untuk mengganti banyaknya nutrisi yang hilang selama proses
dari cair ke bubuk itu tadi. Begitu pula dalam susu UHT, ada juga zat tambahan
tapi biasanya jumlahnya lebih sedikit.
Nah, saat sedang pilah-pilih susu UHT di pasaran untuk Mahira, aku
menemukan fakta unik!! Hehehe. Rupanya, ada produsen susu UHT (yang juga
produsen susu formula) yang bahan bakunya bukan susu sapi segar, melainkan
susu bubuk! Aku sampai baca bolak-balik komposisinya lho. Meskipun susu bubuk juga berasal dari susu sapi segar, tapi prosesnya kan jadi beda, bukan UHT lagi dong? Lha kalau isinya susu
bubuk semua, lak sama aja susu bubuk dikasih air diaduk sendiri wekekek.
Contoh susu UHT yang tidak menggunakan susu sapi segar, melainkan susu bubuk |
Padahal dari prosenya di atas, menurutku cukup jelas bahwa bahan baku susu
UHT ya susu sapi segar. Ada produsen UHT yang sudah paham hal ini, ada yang sengaja menjadikannya embel-embel biar menarik perhatian, jadi di kemasannya ditulis “dengan
susu segar” batinku, yaiyalaaah harusnya emang pake susu segar!
Aku pribadi cukup kaget melihat geliat marketing produsen yang
bermacam-macam. Dari situ, makin yakin lagi bahwa sebagai konsumen, kita harus
pintar dan jeli biar bisa memilih produk sesuai kebutuhan anak dan mencari manfaat terbesar untuk anak. Berikut tips pribadi dari aku untuk memilih
susu UHT:
1. Cek komposisinya. Yang terpenting, bahan utamanya susu segar atau susu
bubuk? Hehehe.
2. Cek zat tambahan buatannya. Misalnya itu lho, pewarna buatan, pemanis
buatan, dll. Keterangan ini biasanya ada di komposisi dan cukup jelas. Ada satu
produsen susu UHT yang menuliskan pada kemasan bahwa produknya tidak
menggunakan pengawet, pemanis buatan, dan pewarna sintetik.
Beda produsen, beda konten
3. Cek seberapa banyak kandungan yang sifatnya artifisial. Kalau bunda termasuk orang tua yang permisif sama yang buatan-buatan itu
(seperti akyu wahahah asal gak berlebihan ye dan udah BPOM *alasan*) cek lagi
komposisi lainnya, sesuaikan dengan kebutuhan.
4. Cek informasi nilai gizi. Beberapa susu beda-beda kandungan gizinya,
cari yang paling sesuai kebutuhan anak aja yes.
5. Cek sendiri, dengan cara dicicip! Hehehe ini yang menurutku paling aman
sih ya sebelum diberikan ke anak. Ada susu UHT yang creamy dan terasa banget
kandungan susu sapinya, ada yang terlalu cair alias kebanyakan air. Paling aman
berikan dulu ke anak yang rasa vanilla atau plain. Kalau anak nggak cocok,
biasanya ada reaksi misalnya sakit batuk, mencret, sembelit, dan lain-lain. Ini
kejadian di Mahira, dia minta susu UHT yang juga merupakan produsen kental
manis, aku berikan deh. Eh dia batuk keesokan harinya, padahal hari itu dia
nggak mengonsumsi es-esan dan makannya normal aja.
berbagai macam komposisi dalam susu UHT |
Saat aku diskusikan mengenai “keunikan” bahan baku di sebagian produsen
susu UHT di pasar ama dokter dan beberapa rekan yang paham di bidangnya, mereka
cuma geleng-geleng dan sama-sama mengeluarkan satu kata “marketing”.
Ya sebetulnya nggak papa, aku pikir yang namanya bisnis harus memberikan
manfaat buat konsumen dan mengatasi masalah konsumen, ye gak? Kalau produk atau jasanya nggak bermanfaat, ya
buat apa. Jadi inget pelajaran bisnis dulu: konsumen hanya peduli dengan
urusan dan masalahnya. 😂
Tapi sebagai konsumen, kita harus bener-bener cermat. Apakah
produk yang kita konsumsi memang sesuai kebutuhan. Jangan selalu termakan iklan
di televisi atau hasil endorse-an para artis, balik lagi ke anak masing-masing, sudahkah yang
diberikan ini sesuai dengan kebutuhannya? Gimana resikonya? Dan lain-lain.
Singkat kata, kita sebagai orang tua nggak boleh berhenti belajar.
Mengenai pemberian susu ini, balik lagi ke kebutuhan anak, pendapat dokter,
dan pilihan orang tua. Pengalamanku di atas, belum tentu bisa diterapkan secara
keseluruhan buat anak orang lain, sebab kondisi anak berbeda-beda, begitu pula
pilihan orang tua. Sempat aku baca, pemberian susu-susuan ini pada bayi, anak-anak, dan ibu hamil jauh lebih baik dilakukan dengan konsultasi atau petunjuk dokter.
So, bunda, selamat memilih! 😉
Catatan: tulisan ini bukan sponsored post, oleh karenanya foto yang memuat produk / brand disajikan dalam hitam putih. Tulisan ini semata sebuah review dan
opini yang dibuat atas pengalaman dan pengamatan pribadi, hasil membaca, serta
diskusi dengan beberapa orang yang berpengalaman di bidangnya.
Referensi:
https://www.alodokter.com/susu-uht-ketahui-fakta-dan-mitosnya-di-sini
https://parentalk.id/perbedaan-susu-formula-susu-uht-dan-susu-pasteurisasi/
https://www.klikdokter.com/tanya-dokter/read/2817073/susu-uht-vs-susu-formula
https://id.theasianparent.com/susu-uht-untuk-anak-1-tahun/
Biasanya yang Saya bandingin kadar gulanya. Di gambar kemasannya di atas sayang gak ditulisin berapa persen susu bubuk & berapa persen susu sapi segarnya. Susu gambar ber**ng setahuku yang bener-bener steril.
BalasHapuswah iya mba saya belum nambahin ya di atas, memang penting kadar gulanya :D anakku belum doyan susu beruang ni mba hihihi mungkin lain kali ku ajak cobain lagi. emaknya aja nih yg doyan hehe
HapusAnak-anak saya juga suka dengan susu UHT, apalagi kalau dingin. Dan memang nggak bikin gemuk.
BalasHapusyup betul mba, dingin lebih nikmat hehehe
HapusDari anak pertama sampai anak kedua, susu lanjutannya ya UHT. Dan sejauh ini concern pda satu brand susu uht. udah pernah kubanding2kan rasanya dan memang masih lebih baik brand yang udah jd favorit anak-anak
BalasHapuskalau sudah cocok ama 1 brand enak ya mba hihi
HapusInfonya bermanfaat bagi mahmud-mahmud yang notabene masih memiliki anak kecil mba. Lengkap dan detil...
BalasHapusalhamdulillah mba, semoga bermanfaat :D
HapusAnakku minum sufor tp nggak gendut2 😂😂 senengnya minum uht yg cokelat sm strawberry, yg vanilla malah ga mau, aplg plain 😐
BalasHapusanakku juga mba udah ga doyan yg plain hahah suka yg manis manis gitu
HapusWah keren risetnya Mbak Bila nih. Berapa lama mbak risetnya?
BalasHapuswalah riset kecil2an aja mbak wekekek ga sampe seminggu xD
HapusHalo mba salam kenal..
BalasHapusboleh email pilihan susu UHT mba untuk kakak mahira? kalo gak keberatan dan ada waktu senggang, mohon diemail ke milsy.me@gmail.com yah mba.. :DD
terima kasih banyak sebelumnya..