“Jangan sering-sering digendong,
nanti bau tangan!”
Lah emang kenapa sih kalo bau
tangan? Pasti buibu muda pernah lah ya dengar nasihat di atas entah dari orang
tua, keluarga, maupun tetangga. Mungkin maksudnya baik, biar kita nggak terlalu
pegal dan bisa istirahat. Tapi sebetulnya menggendong bayi kan banyak
manfaatnya yah.
Kalau masalahnya ada pada bayi yang
nggak mau ditaruh saat tidur, coba dicek kembali, apakah bayi sudah betul-betul
kenyang? Pada dasarnya bayi tuh kalau kenyang tidurnya pasti nyenyak. Apalagi
kalau sudah di atas usia 2 bulan yang jam tidurnya sudah mulai berpola dan
lebih stabil. Persoalan kenyang ini berkaitan pula dengan pelekatan saat
menyusui, posisi menyusui, dan perihal lainnya. Misalnya suhu ruangan, ada tongue
tie atau tidak, dan lain. Kalau memang ada problem di atas, segera aja ke
dokter anak atau ke konselor laktasi. Biar masalah menyusuinya segera
terpecahkan dan bayi maupun bunda bisa sama-sama tenang.
Baca juga: Panduan Sukses Menyusui
Di postingan ini, aku mau berbagi
tentang pengalamanku dalam menggendong dan babywearing dengan anak
pertama serta anak kedua. Proses serta intensitas menggendongnya berbeda,
respon keduanya pun berbeda.
Merekatkan Ikatan Bunda dan Bayi dengan Menggendong
Tidak ada yang salah dari
menggendong anak sendiri. Bahkan, menggendong itu justru membawa manfaat yang
terbilang nggak sedikit baik untuk bunda dan bayi. Dari pengalamanku
menggendong anak pertama dan kedua, ada beberapa manfaat yang aku dan
anak-anakku dapatkan dengan aktivitas menggendong. Pertama, untuk
menguatkan bonding antara anak dan bunda. Bunda dan anak sama-sama
perlu mengenal satu sama lain. Proses menggendong ini, akan membantu bunda
untuk mencintai si kecil, memahami perilaku dan pola tidur serta minumnya. Kedua,
membantu anak agar lebih nyaman dan tenang. Anak kan punya kebutuhan
yang berbeda ya pada setiap jenjang usianya. Untuk kebutuhan utama bayi yang
baru lahir, salah satunya adalah sering didekap dan digendong. Aksi manis dari
bunda maupun ayah ini akan membantu anak untuk perlahan memahami kehidupan baru
yang ia jalani setelah 9 bulan ndekem di dalam rahim.
Ketiga, manfaat skin to skin dengan
bayi. Skin to skin ini juga
membantu bayi mengenal orang tuanya. Kadang, kalau bayi lagi demam, skin to
skin antara orang tua dan bayi tanpa pakaian bisa membantu menurunkan suhu
tubuh si bayi. Fyi, bayi yang baru lahir yah kurang lebih sampai dia
berusha 2 bulanan lah, itu sukaa banget tidur dengan kuping menempel di dada
bunda untuk mendengarkan degup jantung bunda. So sweet…
Ngomongin soal menggendong, aku
punya dua pengalaman berbeda dengan dua anak yang berbeda. Saat anak pertama,
aku tidak bisa terlalu sering menggendong karena ibuku over excited dengan
kedatangan si cucu perdananya. Jadi yang lebih sering menggendong ya ibuku.
Kalau pun ibu berhalangan, ada mbak rewang yang ditugasi menggendong. Aku juga
masih dilarang menggendong terlalu lama karena masih masa pemulihan pasca
operasi SC dadakan. Aku mulai menggendong Mahira lebih sering saat ia sudah
berusia 5 bulan. Ketika itu, ia sudah mulai boleh digendong dengan cara dipekeh
atau digendong dengan kaki yang terbuka lebar.
Nah, bersamaan dengan momen
tersebut, aku juga lagi sering cari gendongan sekaligus mulai belajar hal baru
tentang M shape yang lebih dianjurkan untuk bayi. Berhubung Mahira
semakin besar, aku mulai membeli gendongan dengan hipseat agar bisa
memenuhi posisi M shape dan juga bisa dipakai oleh ayahnya. Agak ribet
dan susah bawanya, tapi gemana dong namanya juga butuh! Hehe. Enaknya pakai
gendongan ber-hipseat ini kalau dipakai untuk ngemall, traveling,
ataupun boncengan naik motor. Bisa mulai digunakan saat anak sudah bisa duduk
sendiri dengan baik.
Mulai Babywearing Saat Anak Kedua
Ketika anak kedua datang, ibuku
sudah nggak bisa lagi menggendong cucu bungsunya, soalnya udah sibuk sama Si
Kakak hehehe. Jadi aku punya lebih banyak waktu berkualitas untuk menggendong
anak keduaku, Laiqa.
Meskipun melelahkan, tapi aku
sangaaat menikmati proses menggendong ini. Apalagi kalau dia sudah bersandar
manjah di atas dadaku, kadang kepalanya ikut bergerak seiring dengan detak
jantungku berdetak. Aku bahkan sudah rajin kepoin olshop satu-satu dan mencoba
membeli gendongan kaos perdana sebelum si kecil lahir hehehe.
Aku merasa ada ikatan yang berbeda
antara aku dan Laiqa, anak kedua yang rutin kugendong ini. Tatapannya kepadaku
saat masih bayi, berbeda dengan tatapan Si Kakak. Dulu, Mahira sering tidak
fokus bahkan tidak memandangku saat aku menyusuinya. Beda kalau sudah digendong
ama ibuku. Huhu sedih rasanyaa, kayak patah hati deh aslik! Jadi aku berusaha
membayar “utang” proses bonding ke Mahira saat dia sudah lebih besar.
Sementara Laiqa berbeda. Mungkin karena sejak lahir dia sudah sering aku
gendong dan aku dekap kemanapun, dia lebih fokus kalau menatapku. Kadang ia
tersenyum merespon apapun yang aku katakan kepadanya dan kalau sudah aku
gendong, tangisnya selalu mereda.
Cumaaan.. aku mulai terasa capeknya
saat dia sudah berusia 3 bulanan gitu. Soalnya aku jadi nggak bisa beraktifitas
lebih banyak ya hehehe dia mulai kebangun kalau aku gendong sambil duduk. Momen
inilah yang membuat aku mencari tahu lebih jauh tentang babywearing dan
tanya-tanya ke teman yang ikut komunitas babywearing.
Melalui website babywearinginternational.org
aku mendapat pengertian tentang babywearing, yakni:
Babywearing
is the practice of keeping your baby or toddler close and connected to you as
you engage in daily activities through the use of one of a variety of types of
baby carriers. It is a traditional practice in many cultures that is not widely
used by modern industrialized societies, but it nonetheless has many benefits
for both children and caregivers. Babywearing promotes bonding, supports
breastfeeding, can help combat postpartum depression, makes caregiving easier,
and can be a lifesaver for parents of high-needs children. Carried babies
sleep, feed, and grow better. One study found that carried 6-week-olds cried
43% less than other children.
Babywearing
is not about any particular parenting philosophy and it is not about any
specific carrier. It can be practiced by a wide variety of caregivers including
moms, dads, grandparents, siblings, nannies, nurses, doulas; in short, anyone
who cares for a newborn, infant, or toddler. There are safe and effective
carrier options for every budget and taste.
Kalau
diterjemahkan, kira-kira begini nih:
Babywearing adalah
sebuah aktivitas menjaga bayi dan balita Anda tetap dekat dan terhubung dengan
Anda saat Anda melakukan kegiatan sehari-hari melalui penggunaan salah satu
dari berbagai jenis gendongan bayi. Ini adalah praktik tradisional dalam banyak
budaya yang tidak banyak digunakan oleh masyarakat industri modern, tetapi
meskipun demikian memiliki banyak manfaat bagi anak-anak dan pengasuh. Babywearing mengeratkan ikatan,
mendukung menyusui, dapat membantu memerangi depresi pasca persalinan (PPD),
membuat pengasuhan lebih mudah beraktifitas, dan dapat menjadi penyelamat bagi
orang tua dari anak-anak berkebutuhan tinggi. Bayi yang rutin digendong
cenderung memiliki proses tidur, makan, dan pertumbuhan yang lebih baik. Satu
studi menemukan bahwa anak yang digendong saat usia 6 minggu menangis lebih
rendah 43% dibandingkan anak-anak lain.
Babywearing
bukan tentang filosofi pengasuhan tertentu dan bukan tentang gendongan
tertentu. Ini dapat dipraktikkan oleh berbagai pengasuh termasuk ibu, ayah,
kakek-nenek, saudara kandung, pengasuh, perawat, doula; singkatnya, siapa pun
yang merawat bayi yang baru lahir, atau balita. Ada banyak pilihan brand yang
aman dan efektif untuk setiap anggaran dan selera masing-masing rumah tangga.
babywearing sejak newborn. |
Jadi intinya, babywearing itu menekankan pada ibu, ayah, maupun pengasuh tetap
bisa beraktivitas seperti biasa meskipun sekarang sudah ada anak. Kebanyakan
dari kita, pengasuh dan orang tua di Indonesia, kalau sudah menggendong anak
kayak sudah nggak bisa ngapa-ngapain lagi. Padahal sebaiknya, anak tidak
mengganggu aktivitas ibu-ayahnya yang lebih dulu ada. Kalau masih newborn,
oke lah kan nggak lama proses adaptasi si bayi ini, sekitar 3-4 bulan. Itupun
juga pasti nggak rewel setiap hari. Kemudian, tidak melulu menggunakan
gendongan yang mahal, harus geos, harus yang hipseat. Yah, balik lagi
sama anggaran dan kenyamanan kita juga dengan usia si bayi. Kalau aku, untuk di
bawah satu tahun gini memang aku lebih memilih gendongan kaos. Kalau sudah agak
besar, hipseatnya Si Kakak bakal kepake lagi, deh! Hehe.
Melihat pengertian di atas, aku jadi
ingat pernah melakukan babywearing dengan si kakak, yakni saat ditinggal
mbak rewang pulang kampung dan aku harus melakukan pekerjaan rumah sendirian.
Agar lebih kondusif, aku gendong belakang lah Si Kakak pakai gendongan hipseat.
Babywearing dengan Si Kakak lebih mudah karena saat itu dia sudah berusia 15
bulan. Sementara untuk proses babywearing dengan si adik, aku harus
mencari gendongan baru yang aman untuk newborn, yang handsfree
agar aku bisa beraktifitas serta yang nyaman untuk aku dan bayi.
Tidak Semua Orang Tua Mau Menggendong Anaknya
Aku baru sadar setelah punya anak
bahwa tidak semua orang tua mau menggendong anaknya. Boro-boro babywearing
di segala aktifitas deh, menggendong sebentar saja tidak mau. Jadi aktifitas
gendong-menggendong ini semua diserahkan total kepada orang lain entah nanny
ataupun nenek. Bukan karena pekerjaan ya, tetapi karena memang nggak mau
menggendong karena memandang gendong anak bikin repot. Di Indonesia sepertinya
jarang ya, meskipun ya ada aja sih. Aku pernah tau beberapa kasus kayak gini di
luar negeri, dari cerita mbak-mbak pekerja yang pernah jadi TKW di beberapa
negara arab.
Pantas saja banyak gerakan
menggendong dan babywearing yang digalakkan oleh banyak komunitas. Tentu
tujuannya agar bisa lebih banyak orang tua dan anak yang mendapat manfaat
maksimal dari menggendong dan bisa melahirkan generasi yang lebih kokoh pondasi
serta ikatan dengan orang tuanya.
Kalau bunda, termasuk yang mana nih?
Share di kolom komentar, yuk!
Source:
https://babywearinginternational.org/what-is-babywearing/
Aku juga suka gendong anakku waktu kecil dulu, hampir ndak pernah pake stroller. Tapi begitu udah gedean dikit, merekanya yang tidak suka digendong :))
BalasHapusBener mbak. Menggendong anak pasti akan mendekatkan hubungan ibu dan anak. Ikatan emosional keduanya makin akrab, sehingga kelak sang anak akan menjadikan ibunya sebagai orang tua yg benar2 dibutuhkan dalam segala hal.
BalasHapusMba Nabila, suka deh baca tulisan ngurus baby2nya. Jd aq dpt insight2 baru n sekalian belajar kalo nanti udah dikasih amanah anak :). Keep sharing ya Mba #hug :)
BalasHapusAku termasuk yg senang gendong alhamdulillah. Soalnya bikin hepi bgt, oksitosinku langsung meningkat kalau gendong anakku. Makanya aku pilih gendongan yg ergonomis yg tentunya membentuk M size. Jd ke akunya pun ga rempong, mau ngapa2in juga mudah ❤
BalasHapusOh..ternyata ada banyak posisi menggendong yg bisa dipilih berdasarkan usia anak & juga kenyamanan anak maupun pengasuh ya.. TFS mba..
BalasHapusIya ya Mbak, istilah bau tangan tu emang kayak budaya ya. Padahal efeknya malah bagus kalo bayi sering digendong ibunya. Cuma kalau gendong belakang saat anak makin tambah bulan, kalo dia tipe anak aktif, masih agak susah e Mbak sambil kitanya ngerjain aktivitas.
BalasHapusAku anak kedua juga gitu, lebih enakan digendong ke mana-mana. Dulu sampe dibela-belain belajar pake WW. Sekarang mah anaknya udah nggak mau digendong lama-lama 😂 udah mulai jalan juga soalnya.
BalasHapusSaya sih tetap lebih memilih untuk menggendong si kecil. Apalagi, dengan adanya bantuan alat gendong yang mirip tas ransel. Menggendong bayi jadi bisa dilakukan sembari mengerjakan aktivitas yang lain.
BalasHapusAnakku yang kecil sekarang usianya 3,5 tahun, tapi masih suka pengen digendong, dulu pakai gendongan juga yang hipsheat karena khan bawa motor, untung anaknya anteng kalau digendong di motor, ternyata banyak manfaat menggendong anak ya
BalasHapusSaya termasuk mamah yang sering banget gendong Palung kala bayi. Pun ayahnya. Tanpa kami sadari ada semacam ikatan dan bayi lebih tenang serta periang, banyak senyum dan tak tantrum. Kalau pengen enen atau ngedott tinggal bilang nin atau dut dengan manis dan segera dipenuhi tanpa perlu mewek duluan karena gak bisa mengomunikasikan keinginan. Saking gemasnya pada kecerdasan Palung yang masih bayi (2 builan sudah bisa ngomong nin dan dut sambil senyum), saya pernah menggodanya tak segera menanggapi. Reaksinya? Nin ketiga tak diranggapi jadi jebi, lalu nin selanutnya tak ditanggapi jadi mewek, ha ha. Ada fotonya, sayang saya khilaf tak sengaja menghapus hasil capture dari webcam netbook ACER.
BalasHapusSaya kira itu karena saya kerap berkomunikasi dengan Palung. Kerap bilang pengen enen sambil menunjuk payudara dan ngedot sambil menunjuk dot di lain waktu. Jadi anak itu bisa paham kata pertamanya bukan mama papa melainkan nin dan dut, bahkan sudah bisa pegang botol dot sendiri kala usianya beberapa hari. Saya memegang dan Palung ikut pegang, kala saya lepas, dia tetap bisa memegang tanpa membuatnya tersedak. Dia bayi yang manis dan tak merepotkan. Pun kala menggendong, dia selalu tersenyum seakan nyaman. Kala disusui akan menatap mata saya sampai terkantuk-kantuk lalu bobo.
Ah, masa Palung yang bayi itu manis sekali bagi saya dan tak bisa terulang lagi.
Maka nikmati masa Mbak dengan dua anak yang masih kecil. Kelak meeka akan besar, yang terpenting tetap ada ikatan.
Aku senang mbak menggendong baby ku sekarang. Apalagi dengan menggendong menambah bonding antara ibu dan anak, jadi bisa merasakan apa yang dia rasakan dan respon cepat untuk keluhan yang dihadapinya.
BalasHapusMenggendong baby tuh nggak hanya anaknya yang nyaman, ibu pun merasakan sensasi dibutuhkan dan bikin nyaman juga dengan mendekap anak
BalasHapusMertua saya dulu termasuk orang yg ngajarin jangan keseringan gendong anak, nanti jadi manja, untung nggak saya ikuti. karena pas gendong itu bisa merasakan bonding yang kuat, tinggal pilih gendongan yang nyaman aja supaya nggak pegal selama menggendong :)
BalasHapussaya termasuk orang tua yang suka menggendong anak, Mba. bahkan anak saya yang sekarang udah berusia 7 tahun dan pengen digendong bakalan saya gendong, tapi yaa gitu deh hanya bisa sekitaran 5 menitan karena udah gak kuat, hehehe :)
BalasHapussaya juga setuju bila dikatakan kegiatan menggendong anak ini akan mempererat bonding orang tua dan anaknya, soalnya saya juga merasa seperti itu :)
BalasHapusAlhamdulillah, saya termasuk yang menggendong anak-anak saya, meski waktu dulu belum booming babywearing ini. Memang koq, bonding dengan anak jadi lebih terasa. Anak jadi nempel melulu sama kita. :)
BalasHapusSaya mah paling suka gendong bun selain bonding juga buar cepet kurus wkkk
BalasHapusAku lebih suka mengenddong pakai kain sih sebenarnya. Tapi kalo praktis suka dg gendongan bayi yg ada slingnya.
BalasHapusAku belum punya anak sih, tapi bingung juga sama yang bilang anak bayi jangan sering digendong ibunya. Ya emang kenapa sih kan biar semakin dekat ya sama anaknya, masa gak boleh :(
BalasHapusWah pengamalaman menggendong tiap anak berbeda ya. Aku pun kak. Jaman anak pertama masih pakai baby wrap, anak kedua pakai gendongan ransel, anak ketiga pakai geos. Sebenernya memang masih mencari cari mana yang paling nyaman buat anak dan bunda sih. Pilihan terbaik kalau saya sampai saat ini di gendongan ransel/hipseat kayanya lebih enteng di badan. Support banget sama ibubibubyang mau menggendong anaknya deh.
BalasHapusSering banget aku denger kaya itu, itu biasaya ibu2 jaman dulu banget. Padahal gendong itu bisa mempererat bonding ibu dan anak ya. Gendong pakai gendongan lebih enak &B nyaman baik buat ortu atau anaknya ya lagi pula lebih aman menurut aku. Enak ya gendongan jaman sekarang bagus2 dan fungsinya juga banyak.
BalasHapusAktivitas menggendong ternyata punya banyak manfaat ya mbak. Saya juga merasakannya setelah punya baby. Btw saya juga nggak percaya mitos itu cuma klu saya juga dilarang terlalu sering menggendong si baby karena kata ortu itu bisa menghambat perkembangan motoriknya.
BalasHapusBener banget. Walopun kalo kelamaan itu bikin pegel, tapinya menggendong itu menyenangkan. Bikin kuat bonding dengan anak. Apalagi kalo gendongannya nyaman. Makin betah deh si bayi digendong.
BalasHapusAku seetuju banget ini mba, tapi kadang menggendong bikin pegel tapi nggak lagi kalo nemu gendongan yang asik banget dan nyaman. Beberaapa temen juga tergabung di komunitas menggendong
BalasHapusBenar banget mengendong itu menyenangkan apalagi gendongan sekarang banyak modelnya
BalasHapusSaya dulu juga paling suka menggendong anak-anak saya. Hanya dulu, gendongan bayi bentuknya tidak seperti sekarang. Dulu, anak digendong dengan posisi miring.
BalasHapus