"Cup..cup..cup.. sudah ya jangan nangis lagi, ugh, kodoknya sudah tak
pukul, sudah pergi."
"Aduh, jangan lari-lari, nanti jatuh!"
Buibu familiar nggak dengan kalimat di atas? Kalimat yang umum banget
dikeluarkan oleh orang tua zaman dulu, mungkin oleh tante, budhe, atau kakek
nenek kita. Maksudnya sebetulnya baik, kok, hanya saja, penggunaan kalimat
tersebut bisa mempengaruhi psikologisnya anak. Yang tadinya semangat, jadi
menghentikan aktivitasnya. Yang tadinya mau belajar sebab akibat, jadi urung
dan akhirnya menyalahkan kodok.
Anak Perlu Belajar Jatuh
Anak perlu belajar jatuh? Perlu bangeet. Dengan catatan jatuh yang wajar,
ya, dan asalkan prinsip ini tidak diterapkan pada bayi yang belum mengerti
apa-apa. Jatuh yang "wajar" biasanya akibat dari aktivitas sehari-hari yang resikonya bisa diatasi dengan perawatan di rumah, misalnya lecet, berdarah, luka bakar ringan, atau keseleo ringan. Kalau yang jatuhnya sudah parah tentu perlu penanganan yang lebih
profesional.
Aku termasuk anak yang tumbuh di tengah kalimat larangan untuk begini dan
begitu. Karena sering dilarang dan dimarahi kalau jatuh, aku jadi sering over-worry kalau lagi mencoba sesuatu yang baru.
Beruntunglah sekarang kita tumbuh di era informasi yang melimpah ruah dan
tinggal mengambil wawasan yang bermanfaat untuk kebutuhan kita. Kalau
aku tidak membaca manfaat terjatuh untuk anak, mungkin aku juga akan tetap
membawa "warisan" kalimat dari orang tuaku ke anak-anaknya.
Meskipun kini aku masih menyimpan kegelisahan kalau melihat anakku
"kebanyakan polah", aku berusaha memberinya ruang untuk merasakan
terjatuh, namun tetap masih dalam kontrol. Menurutku, anak-anak yang masih sering
terjatuh saat beraktifitas itu masih wajar, sebab mereka masih melatih motorik
halus, kasar, hingga kewaspadaan mereka. Tugas kita sebagai orang tua ya
mendampingi saat bermain, mengajarkan kehati-hatian, mengajarkan sebab akibat
secara sederhana, serta memberi teladan bermain yang aman.
Selama 3 tahun menjadi orang tua, aku melihat ada beberapa manfaat yang
diperoleh anak ketika terjatuh, terutama manfaat secara mental atau psikologis.
Kebanyakan, anak akan menangis ketika terjatuh, entah karena sakit atau karena
khawatir diomelin orang tuanya! Hihihi. Pada saat itulah penting kehadiran
peran kita sebagai orang tua untuk membantu anak memaknai kejadian.
Manfaat-manfaat tersebut antara lain:
Pertama, membuat anak mengerti rasa sakit dan tahu kapasitas tubuhnya. Kita tau kan,
ada beberapa anak yang kalau disuntik dokter ketika vaksin nangis
meraung-raung, ada yang tidak, dan ada pula yang malah tertawa. Umumnya yang
seperti itu karena pemahaman anak akan rasa sakit berbeda-beda. Jangankan
anak-anak, orang dewasa pun banyak pula yang begini. Belajar jatuh dan
merasakan kehadiran rasa sakit, akan membuat anak belajar dan paham berbagai
macam rasa sakit. Ooh ini yang namanya sakit, perih, gatal, cenut-cenut, dan
lain sebagainya.
Kedua, anak belajar sebab akibat. Ketika dia tahu darimana rasa sakit muncul, anak akan belajar konsep sederhana tentang sebab akibat. Tentunya kalau
hal ini perlu pendampingan orang tua, ya, apalagi kalau anaknya masih berusia
2-4 tahunan, biasanya melihat darah sudah menangis duluan. Disinilah orang tua hadir untuk memberitahu bahwa rasa sakit yang muncul terjadi karena terjatuh dan ada
pembuluh darah yang pecah. Kalau anaknya sudah lebih besar, SD misalnya,
kita bisa ajarkan bahwa ada mekanisme tubuh yang bernama pembekuan darah yang
membuat tubuh berusaha memperbaiki luka ringan pada tubuh.
Ketiga, anak belajar waspada. Ketika anak sudah mengenal proses sebab
akibat dan telah brlajar bagaimana nggak enaknya kalau terluka, umumnya mereka
akan lebih waspada dan berhati-hati agar tidak terjatuh lagi. Kalau sebelumnya
pernah terjatuh ketika naik sepeda misalnya, anak akan berusaha mengatur
kecepatan dan jeli melihat kondisi jalan.
Ketika Anak Terjatuh, Sebaiknya Kita….
Pertama, jangan dimarahin. IYA, AKU TAHU RASANYA SUSAH. Aku sendiri, tuh,
kadang-kadang juga semremet pengen ngomelin karena anak susah banget nurutnya.
Paling banter ya intonasi agak meninggi dah haha. Atau kalau kelepasan marah
karena memang kondisi lagi capek banget, aku usahakan untuk meminta maaf
setelahmya.
Karena begini, anak jatuh sudah pasti terasa sakit, ya. Kalau ditambahin
denger omelan dari kita pada saat itu juga, bakal tambah bete deh dia. Bisa
jadi dia akan menangis atau ngedumel dalam hati. Ujung-ujungnya, di kemudian hari dia malah menyembunyikan kalau dia terjatuh lagi karena ogah kita
omelin terus. Ini malah gawat, kan, karena bisa memutus keterbukaan antara
orang tua dan anak.
Pada dasarnya, anak cuma butuh dipercaya oleh orang tuanya, perlu diberi
ruang untuk membuktikan beberapa hal bahwa dia mampu, sebuah pembuktian untuk
dirinya sendiri dan untuk ditunjukkannya kepada orang tua. Anak, juga sama
seperti kita, perlu merasakan pengalaman.
Kedua, masih tentang amarah. Simpan dulu amarahnya ya, Buuund! Tahaan.
Bantu anak untuk memaknai situasi yang sedang terjadi, misalnya dengan
bertanya,
"Kakinya sakit, ya?"
"tadi kenapa bisa jatuh?"
"Ooh, mungkin karena kamu kurang berhati-hati ya saat memanjat?"
"It's okay, yuk, berdiri lagi. Kita bersihkan dulu, ya,
lukanya. Besok kita coba lagi berlatih sepedanya dengan lebih berhati-hati."
Kemudian, nanti ketika dia sudah tenang, saat lagi makan atau duduk santai
misalnya, coba ditanya lagi, gimana rasanya jatuh tadi? Tanamkan pula
"hikmah" dari kejadian, misalnya, esok perlu lebih berhati-hati dan
waspada.
Kira-kira seperti itu lah, Bund. Iyaa, tauuu, pasti agak gregetan ya,
karena mungkin kita dulunya hampir selalu diomelin kalau jatuh. Jadi, sekarang
ketika sudah punya anak, bawaannya juga gak jauh beda! Hehe. Tapi, yuk, kita
berusaha menata kalimat dan menjadi inner voice yang lebih baik untuk anak
kita.
Ketiga, tetap rileks. Coba cek, terjatuhnya kenapa? Apakah ada luka yang
membuatnya berdarah, memar, atau mungkin luka dalam ((luka dalam)) maksudku
luka yang tidak kentara. Misalnya aja, anak tiba-tiba merasa pusing atau luka kronis lainnya.
Kalau sakitnya termasuk kronis dan dirasa tidak bisa ditangani di rumah,
segera bawa ke IGD atau dokter terdekat. Ini aku sempat ngalamin. Beberapa
waktu lalu, tanpa sengaja anak keduaku lagi ngemut gagang sapu dan kesogrok langit-langit mulutnya sampai berdarah banyak! Huhu. Langsung kubawa ke IGD,
deh! Syukurlah dia tidak terganggu dalam hal menyusui dan MPASI-nya. Dia juga pulih sangat
pesat, dalam kurun waktu 3 harian.
Kalau sakitnya di luar dan tergolong ringan, misalnya tergores kaki,
tangan, atau anggota tubuh yang lain dan sampai berdarah, tinggal dibersihkan
dulu deh lukanya dan dirawat sampai sembuh. Selesai! Nggak perlu over worry
khaan~
Kalau sakit yang ringan begini, anak pertamaku yang sering ngalamin. Ya berdarah karena tergores mainan, terjatuh, dan lecet. Solusinya awalnya, biasanya aku memberi pertolongan pertama yang dibutuhkan anak. Sekecil apapun luka, tetap perlu segera dibersihkan dan dirawat
agar tidak semakin parah, bisa lekas pulih, dan tidak infeksi. Membersihkannya
pun sebaiknya tidak sembarangan ya, Bund. Jangan-jangan, cairan pembersih yang
kita berikan malah memperparah luka anak. Hiy!
Aku dulu juga nggak tau kalau ternyata membersihkan luka nggak cukup pakai air mengalir saja, tetapi
perlu dibersihkan dengan cairan antiseptik agar bakterinya lekas mati.
Masalahnyaaaa.. biasanya cairan-cairan seperti ini bikin perih, ya! Anak-anak
mana mau. Tapi, kabar baiknya, sekarang sudah ada terobosan baru dari
Hansaplast yang punya cairan pembersih luka yang nggak membuat perih. YAAY!
Ini diaa Hansaplast Spray Antiseptic yang nggak bikin perih! |
Cara Membersihkan Luka dengan Hansaplast, #GakPakePerih deh!
Beberapa hari yang lalu aku baru tau kalau ada cara membersihkan luka yang benar. Pertama, bersihkan luka secara fisik dan biologis. Kedua, tutup luka
dengan plester. Ketiga, bersihkan luka kembali setiap mengganti plester. Dulu,
ibuku sering melarangku pakai plester kalau sedang luka. Kata beliau, malah
membuat luka mbenyenyek atau susah keringnya. Sekarang, aku tau penyebabnya. Yang
salah bukan plester nya, tapi cara membersihkan luka di awal. Aku sih, kalau
luka sedikit ya tegap pakai plester. Biar aman dan nggak kesenggol-senggol
hehehe.
Ilustrasi cara membersihkan luka dengan Hansaplast Spray Antiseptic :D |
Menurut dr. Adisaputra Ramadhinara, seorang certified Wound Specialist
Physician, rupanya membiarkan luka terkena udara dengan maksud agar segera
sembuh hanyalah mitos belaka! Nah, kan! Langkah yang tepat justru membuat luka
tetap bersih dan terlindungi dari kuman. Kalau dibiarkan terbuka ya justru
semakin banyak bakteri yang menempel dong, yaa. Solusinya ya pilih produk yang
tepat untuk membersihkan, melindungi, dan merawat luka, agar luka ringan yang
bisa diatasi di rumah, dapat sembuh dengan sendirinya dalam kurun waktu 2-4
minggu atau bahkan hanya beberapa hari saja.
Informasi ini terlihat sederhana, ya, tetapi aku yakin sangat penting agar kita bisa tau langkah awal untuk membersihkan luka, bahkan bisa juga membantu untuk menghilangkan luka di kulit.
Aku sarankan, Bunda bisa sedia Hansaplast Spray Antiseptic dan dilengkapi
dengan rangkaian produk Hansaplast lainnya untuk keluarga di rumah. Aku sendiri
juga punya 2 produk Hansaplast yakni Hansaplast Spray Antiseptic dan plester.
Keduanya punya kegunaan berbeda.
Hansaplast Spray Antiseptic berfungsi sebagai pembersih luka dan digunakan
di awal ketika luka baru terbentuk. Kandungan Hansaplast Spray Antiseptic berupa bahan aktif 0,1% Decyl Glucoside Tenside dan 0,04% Polihexanide (PHMB)
dalam Larutan Ringer yang mampu membantu mencegah dan mengatasi infeksi. Well,
aku memang bukan anak kimia, tetapi aku sempat membaca bahwa PHMB ini sangat
efektif memerangi kuman dan bakteri yang berada di area kulit yang terluka dan
pada waktu yang bersamaan, ia juga melindungi sel kulit serta membantu proses
regenerasi kulit yang terluka. Bahan ini umum digunakan di berbagai rumah sakit
dan direkomendasikan sebagai pembersih luka.
Keunggulan lainnya yang membuat Bunda harus menyimpan paling tidak satu
botol di rumah adalah pain free alias gak pake perih! Mengatasi luka anak
nggak pakai drama, deh. Cairannya juga tidak berwarna serta tidak berbau, jadi
tidak mengganggu dan tetap nyaman digunakan kapanpun. Kalau soal keamanannya,
tidak perlu diragukan, ya. Dia termasuk yang ramah banget di kulit. Harga Hansaplast Spray Antiseptic juga tidak mahal, buuk, cuma sekitar 30-40ribu rupiah tergantung belinya dimana! Hehehe.
Bisa dibuka pakai satu tangan. Praktis! |
Cara pakainya gempil banget, tinggal semprot cairan dari jarak sekitar 10 cm
ke area luka. Proses semprot menyemprot ini bisa diulangi seperlunya kemudian
keringkan area di sekitar luka. Nah, setelah dibersihkan, baru deh ditutup
pakai plester Hansaplast. Kalau plesternya, kuyakin sudah pada nyetok ya di
rumah. Plesternya Hansaplast ini menggunakan bahan yang breathable untuk
kulit dan elastis. Harganya juga murah kan, mau beli bijian bisa, rol bisa,
atau sekardus seperti yang kubeli juga bisa.
Dengan adanya Hansaplast Spray Antiseptic, Bunda nggak perlu terlalu
khawatir lagi jika anak jatuh ketika beraktivitas. Nah, untuk informasi lebih lanjut, Bunda bisa coba kunjungi website Hansaplast di www.hansaplast.co.id dan melalui akun Instagram @Hansaplast_ID dan Facebook Fanpage @HansaplastID #HansaplastID. Aku juga memakai produk Hansaplast yang lain yakni plester kompres Hansaplast yang sangat disukai anak-anakku.
Bunda yang lain punya tips dan pengalaman merawat luka anak ketika jatuh? Cerita di sini, yuk :)
Bunda yang lain punya tips dan pengalaman merawat luka anak ketika jatuh? Cerita di sini, yuk :)
Anak emang kudu dikenalkan dgn berbagai "rasa" dalam hidup ya Mba
BalasHapusAlhamdulillah, ada Hansaplast spray yg cihuy dan praktis banget!
--bukanbocahbiasa(dot)com--
memang jatuh kadang bikin maknya was2 ya, tapi memang anak hrs belajar mengelola hati, sakit saat jatuh
BalasHapusDaku baru tahu loh kemasan antiseptiknya unik gini. Jadi, lebih mudah dipake ya
BalasHapusIya, bener banget. Saya paling cerewet kalau anak-anak lari-larian atau naik-naik. Padahal ya kudu di kasih kepercayaan juga ya ke mereka. Kalau dilarang terus, kapan bisanya? Btw, hansaplast spray antiseptiknya praktis dan mudah pakenya.
BalasHapusKAdang pas anak jatuh, aku tuh panik. PAdahal ya nggak papa lukanya. Hehe. Untung skarang ada Hansaplast ya mba yang spray pula.
BalasHapusAku taunya Hansaplast plester. Ada macam-macam varian. Sekarang ada juga yang spray. Baru tau. Bentuknya mini, mudah dibawa traveling.
BalasHapusKadang kita suka reflek mbak alias gak sadar saat mengetahui anak jatuh. Marah-marah berkepanjangan. Dan kalau kita marah, pasti sang anak tambah kenceng nangisnya. Perlu diterapkan nih mbak tipsnya saat melihat anak jatuh. Yang tambah bikin kita panik saat mengobati anak, dia makin meronta manakala obat yang kita berikan terasa perih. Kalau ada hansaplast sorry antiseptik yang adem kek gini pasti anakpun gak bakalan nangis saat diobati ya mbak.
BalasHapusWah ternyata plester handsplash harus sering di ganti ya. Mpo cuma pakai sekali buat seminggu.
BalasHapusAnak - anak juga harus Belajar dan tau kalau jatuh sakit yaa mba supaya mereka bisa hati - hati
BalasHapusUkurannya kecil tapi khasiatnya penting ini yang jadi alasan hansaplast spray wajib bawa kemanapun. Anak jatuh tidak khawatir lagi sekarang mah ya
BalasHapusKasian banget ya jaman dlu kodok disalah-salahin trus hihihi. Dari jatuh anak bisa belajar ya untuk tetap hati-hati dan tidak mengulangi hal yang membahayakan. Tapi namanya anak jatuh dan terluka, untungnya sekarang ada antiseptik untuk membersihkan luka yang gak bikin perih dan menakutkan buat anak ya
BalasHapusAku juga sekarang pakai hansaplast spray Antiseptik ini buat bersihin luka krucils. Jadi less drama dan mamanya bahagia ��
BalasHapusAnak memang harus belajar kondisi apapun dalam hidup. Agar mereka tahu bahwa hidup itu ga mudah tapi dengan berjuang hidup jadi nikmat hahahaha
BalasHapusWahhh sekarang hansaplast sudah ada yang spray yaa, saya biasanya pake yang plester 😁
BalasHapusWahhh sekarang hansaplast sudah ada yang spray yaa, saya biasanya pake yang plester 😁
BalasHapusIya Mbak, sebaiknya memang anak tidak dilarang-larang ketika ingin beraktivitas. Yang penting selalu diawasi dan diberi pesan untuk berhati-hati. Andaikata jatuh, kan bisa diobati. Kalau dilarang-larang malah anaknya bisa jadi penakut yaa..
BalasHapusBetul banget. Anak jangan terlalu dilindungi. Pernah liat drama jepang yg anak selalu dilindungi, gedenya gk bisa apa2 ngeselin hehe.
BalasHapusKita sbg ortu hanya bisa mengawasi dan meluruskan kalau ada yg salah ya. Bukan terus2an melindungi.
Enak zaman skrng sudah ada Hansaplast spray yg anti perih buat bersihin luka anak kalau jatuh yaa
KAdang mamaknya teriak-teriak waktu anaknya jatuh, malah jadi makin nangis ya. Aku juga dulu kalo anak jatuh berusaha diam meski dalam hati pengen teriak. Alhamdulillah ada Hansaplast Spray antiseptik. Kalo dulu aku pakai air mengalir buat bersihin luka, baru dikasih obat merah dan ditutup Hansaplast plester.
BalasHapusHihihi iya kalau orang tua zaman dulu, setiap anak jatuh pasti yang disalahin benda atau makhluk lain. Padahal gak apa-apa juga sesekali anak belajar untuk jatuh. Biar belajar untuk berhati-hati. Kalau sampai luka, bersihin obatin pakai Hansaplast Spray
BalasHapusWah mantap nih Babay deh drama anak jejeritan saat diobatin..
BalasHapusbaca judulnya aja udah bikin aku refleksi diri, aku kadang nih suka larang anak berekplorasi, padahal hal itu baik ya mba. kalau jatuh ya tinggal obati aja, dari pada anak nanti jadi kurang berkemabng
BalasHapusAlhamdulillah sekarang ada hansaplast spray ya Mom, dimana nggak sakit lagi kalau dibersihkan menggunakan ini. Namanya juga anak sedang dalam fasenya lonjak-lonjak, kasihan juga kalau dibatasi ya Bun.
BalasHapusAku udah ga khawatir kalau anak jatuh, Mbak
BalasHapusAda Hansaplast Spray yang bisa bersihkan luka tanpa anak teriak teriak perih
Pas banget mbak, kemarin Shoji habis jatuh dan aku agak khawatir merawat lukanya. Kalau udah tau cara yang benar begini, lebih pede nih merawat luka anak anak
BalasHapus