Manajemen waktu untuk ibu rumah tangga yang bekerja itu biasanya baru terasa penting ketika kita mendapati banyak agenda atau kebutuhan yang bertabrakan. Bunda yang kemarin kerja kantoran lalu merasakan berbagai drama ketika WFH bersama anak di rumah, mungkin saat ini bersyukur banget bisa kembali bekerja di kantor. Karena memang bekerja di rumah itu banyak dramanya, apalagi kalau anak-anak masih di bawah usia lima. Maka dari itu kalau ada teman yang minta saran mau resign, selalu kukatakan: pertimbangkan dulu alasan resignmu. Nggak selamanya resign itu membawa nikmat. Terkadang, bekerja kantoran itu juga solusi atas kebutuhan dan masalah yang kita hadapi.
Ada beberapa Bunda yang mengambil jalan tengah dengan menjadi IRT full time sambil melakukan pekerjaan di rumah. Pekerjaan sampingan untuk IRT di rumah pun ada beragam, mulai dari jualan online sampai menyewakan mainan. Solusi ini diambil agar bisa mengurus keperluan domestik, tetapi tidak kehilangan kenikmatan bekerja. Apa aja, sih, kenikmatan bekerja? Ya ada pendapatan, energi tersalurkan dengan baik, mendapat relasi, dan banyak lainnya.
Tulisan kali ini aku buat atas saran dari komentar di Instagramku. Kebetulan aku belum pernah menulis tentang manajemen waktu untuk IRT yang bekerja di rumah, sekalipun aku sudah cukup paham pola-polanya.
Perlu kukatakan terlebih dahulu di sini bahwa kondisi IRT itu pasti berbeda-beda. Apa yang kutulis sebaiknya kamu sesuaikan lagi dengan kondisi dan kebutuhan, ya, Bunda. Sebelum kita tahu bagaimana cara manajemen waktu, kita perlu mengenali dulu tantangan apa saja yang kita temui ketika bekerja di rumah serta bagaimana solusinya.
Tantangan IRT yang Kerja di Rumah
Jangan bicara tentang manajemen waktu sebelum tahu apa saja yang akan kita manage. Ini berkaitan dengan tantangan, tanggung jawab, serta bagaimana kiat mengatasinya. Baru, deh, kalau kita sudah bisa mengenali pola, kita bisa mengatur waktu dengan lebih baik. Beberapa masalah.. eh, tantangan yang aku tulis di bawah ini merupakan pengalaman sebagai ibu bekerja di rumah selama 5 tahun serta kuambil dari cerita teman-teman di sekitarku.
Pertama, selalu bersama anak.
Kendati ini keadaan yang harus kita syukuri, percayalah… terlalu sering bersama anak itu juga kurang baik. Belum tentu hal itu yang kita dan anak butuhkan. Terkadang, kita perlu waktu untuk diri kita sendiri, begitu pula anak-anak kita. Lha, karena selalu bersama anak ini, kita jadi kesulitan mengatur waktu. Apalagi kalau anaknya masih di bawah 3 tahun. Ada aja dramanya!
Kedua, merasa terbebani dengan milestone anak.
Beban ini umum banget dialami oleh Bunda yang memiliki anak pertama. Serba gupuh, bingung, dan khawatir ini-itu. Selain mengurus keperluan anak yang pokok seperti memberikan ASI, MPASI, mandi, dan stimulasi lain, memang ada hal yang juga perlu kita amati yakni milestone anak. Sebetulnya nggak ribet, sih, tinggal sesuaikan saja dengan usianya, apakah sudah bisa begini-begitu atau belum. Namun kadang-kadang, tinggal di era digital yang membuat kita mudah menjangkau medsos dan mengintip secuil kehidupan orang lain, bisa bikin kepikiran juga, ya. Apalagi kalau anak orang lain (terutama seleb-seleb) itu pada ginuk-ginuk dan sudah pinter ini-itu.
Ketiga, capek dengan urusan domestik.
Nyapu, ngepel, masak, cuci piring, cuci baju, jemur baju, ngurusin anabul, dan banyak lainnya. Eh, rumah kontrakanku ini kecil dan aku sangat kelelahan lho untuk nyuci, ngepel, nyapu, njemur, dan urus anak-anak. Itu aku nggak masak dan mencuci sebagian baju aja. Kadar lelah orang itu beda-beda. Ada yang suka banget sama pekerjaan domestik karena sudah terbiasa, ada pula Bunda yang lebih nyaman ngadep laptop berjam-jam atau justru nguprek mobil ke bengkel. Gapapa, kaan, berbeda-beda.
Keempat, ritme kerja yang berbeda dengan suami.
Kebanyakan Bunda yang kerja di rumah, suaminya pasti pada kerja kantoran, kan? Kerja kantoran pun macam-macam. Ada yang tenggo, ada yang suka lemburan, dll. Waktu liburanya pun biasanya terjadwal. Beda sama kita-kita yang jam kerja di rumah kita atur sendiri sesuai load urusan domestik dan banyaknya kerjaan. Perbedaan ritme kerja antara suami istri ini kadang bisa bikin cekcok dan mengganggu waktu kelonan.
Kelima, tekanan batin.
Maksudnya banyak sakit hati gitu, lho, terutama kalau tinggal bebarengan dengan orang tua atau mertua dan kebetulan kurang lancar komunikasinya. Gerak dikit, dikomentarin. Kalau kamu tinggal bersama mertua atau orang tua yang suportif, wah, ini rezeki banget, sih!
Tips Umum dalam Mengatasi Tantangan
Solusi yang aku tulis di bawah ini merupakan solusi yang sudah aku jalani atau yang familiar di kepalaku. Kalau ternyata kamu punya solusi lain, boleh banget kamu tulis di kolom komentar agar bisa dibaca oleh Bunda yang lain, ya.
Solusi untuk tantangan yang pertama: selalu bersama anak.
Hal ini dapat kita atasi dengan mencari asisten rumah tangga yang menginap (bisa juga PP tapi kurang aku sarankan dalam kondisi pandemi gini). Solusi lainnya bisa berupa membiarkan anak memiliki waktu bermainnya sendiri. Kemudian, bisa juga dia kita ajak “bekerja”. Misalnya, kalau kamu kerjanya bisnis online, coba libatkan anak dalam menata produk atau mengambilkan barang untuk dikemas.
Apabila kamu memilih pekerjaan di rumah sebagai content creator, kamu juga bisa melibatkan anak dalam pembuatan konten. Kusarankan, tetap menjaga privasi anak, ya. Misalnya tidak membuat konten tentang hal-hal yang memalukan anak, menjaga pakaian anak tetap sopan, dan tidak menunjukkan identitas sekolah anak serta identitas pribadi lainnya.
Solusi untuk tantangan kedua: merasa terbebani dengan milestone anak.
Saranku adalah fokus pada anak kita sendiri, jangan anak orang lain. Kamu bisa mencari tahu tentang tahapan perkembangan anak sesuai usia. Patokannya bisa melalui KMS atau buku-buku parenting. Ada satu buku yang aku sarankan untuk melihat milestone anak yakni buku Keluarga Kita. Di situ ada tahapan perkembangan anak sesuai usia. Jadi, kita tidak perlu khawatir kalau anak kita baru usia 4 tahun belum bisa membaca, sementara anak orang lain sudah. Lha, memang usia 4 tahun belum wajib bisa membaca, kok. Pengenalan nggak papa, tapi tidak perlu memaksa. Dengan mengetahui tahapan perkembangan anak, kita bisa mengatur ekspektasi kita pada anak agar tidak terlalu tinggi atau rendah. Ini membantu agar kita bisa lebih rileks, anak pun juga bisa lebih bebas beraktivitas.
Solusi untuk tantangan ketiga: capek dengan urusan domestik.
Saran pertama adalah bagi tugas dengan suami. Tanyakan padanya apa pekerjaan yang bisa dia pegang. Misalnya, membuang sampah, memotong rumput, mencuci piring, menjemur pakaian, dan lain-lain. Ada bapak-bapak yang lebih suka memasak, ya nggak papa, keren banget malah!
Saran kedua, kalau suami tidak bisa atau tidak mau berbagi peran, cari ART untuk membantumu mengurus pekerjaan domestik. Kalau masih tidak mau memakai ART, serahkan baju-baju kotormu ke laundri-an, pesanlah catering harian untuk makanan sehari-hari, serta masukan anak ke sekolah atau hire guru private di rumah agar kamu tidak terlalu terbebani dalam mendidik anak-anak dan lebih punya waktu untuk urusan domestik serta pekerjaan lain.
Solusi untuk tantangan keempat: ritme kerja yang berbeda dengan suami.
Apabila suami Bunda punya jadwal yang jelas setiap harinya, tentu mudah untuk menyamakan ritme. Biasanya, aku lebih suka menyesuaikan jadwal dengan suami, jadi aku yang sering ngalah. Karena jadwalku memang lebih fleksibel ketimbang jadwal kerja suami. Sementara kalau suami kamu punya jadwal yang fluktuatif, cobalah untuk bertanya apa aktivitas selama sepekan ke depan. Kemudian, setiap sore atau malam, tanyalah kembali apa agenda suami untuk keesokan hari. Cobalah untuk menemukan waktu agar kalian berdua bisa ada waktu bersama berdua saja dan waktu bersama anak-anak.
Solusi untuk tantangan kelima: tekanan batin.
Jika kamu memiliki masalah ketika tinggal satu atap dengan mertua atau orang tua, saranku kamu membaca tulisanku tentang mengasuh anak bersama kakek-nenek dan checklist sebelum tinggal bersama mertua atau orang tua setelah menikah. Aku juga menyediakan printable pada kedua postingan tersebut agar mempermudah kamu mengidentifikasi situasi yang sedang kamu hadapi.
Manajemen Waktu untuk Ibu yang Bekerja di Rumah
Bekerja di rumah ini ada bermacam-macam, ya. Bisa jadi ibu yang kerja kantoran tetapi harus WFH selama pandemi, bisa juga ibu-ibu yang memiliki bisnis sampingan di rumah. Nah, sekarang, kita samakan persepsi dulu, yuk. Tulisan ini adalah untuk para ibu rumah tangga yang memiliki bisnis di rumah, berkarya di rumah, serta ibu kantoran yang working from home.
Pada dasarnya, manajemen waktu itu tentang mengorganisasikan dan merencakan waktu kita untuk kegiatan yang berbeda-beda, serta mengontrol hal-hal yang bisa kita kuasai agar bisa memberi manfaat untuk kegiatan atau pekerjaan kita. Tujuannya tentu saja agar semua urusan kita, baik urusan rumah maupun pekerjaan, bisa berjalan efektif, lancar, dalam waktu yang sudah kita tetapkan (atau bahkan lebih singkat).
1. Kenali Situasi Pekerjaanmu
Seperti yang sudah kutulis pada posting-an sebelumnya, pekerjaan IRT di rumah itu ada beragam. Kamu coba deh kenali dulu, pekerjaanmu itu saat ini pada situasi yang seperti apa. Apakah sedang pemula, sudah mulai berjalan dan mendapat pelanggan, sedang menanjak dan ramai, atau sudah tinggal di-maintenance sesekali saja. Beda situasi, beda cara membagi waktu.
2. Kenali Ambisi dan Prioritasmu
Setelah kamu mengenal situasi pekerjaanmu, kamu juga perlu mengenal ambisimu. Seberapa ingin kamu meraih tujuan dalam pekerjaanmu itu. Serta kamu memprioritaskan pekerjaan ini pada posisi nomor berapa. Hal ini akan membawa pengaruh pada durasi jam kerja kita per hari.
Kalau kamu tipikal yang santai dan menaruh pekerjaan pada posisi tengah atau bahkan bawah, kamu mungkin tidak perlu ngoyo cari ART untuk membantu mengurus anak atau menyelesaikan urusan domestik. Biasanya, tipe ini cocok untuk Bunda yang berbisnis jualan makanan dengan sistem pre-order, jastip, serta blogger yang bisa fleksibel dalam menulis. Anak bisa kita titipkan dulu ke suami (kalau dia sudah longgar) atau orang tua/mertua, baru deh kita bisa bekerja.
Pada sisi lain, kalau kamu punya ambisi untuk mengembangkan bisnis dan menjangkau market yang lebih luas, otomatis kamu akan perlu waktu lebih. Kusarankan, kamu menyewa jasa ART agar bisa membantu mengurus anak-anak atau pekerjaan domestik di rumah. Sehingga kamu bisa bekerja lebih lama dan mencapai tujuan pekerjaanmu itu tadi.
3. Kenali Tanggungjawabmu di Rumah
Kamu sudah membaca tentang tantangan dan solusi dalam mengatasi tantangan tersebut, kan? Sekarang kamu pasti sudah bisa mengira-kira tanggung jawab apa saja yang kamu pegang di rumah. Kamu bisa mengenali tanggungjawabmu dengan membuat daftar dan mengaturnya dalam jadwal. Kalau tanggungjawabmu atas pengasuhan anak dan urusan domestik begitu banyak, otomatis waktu kerjamu berkurang. Kecuali kalau kamu mau mengurangi waktu tidur berhari-hari. Aku sendiri tidak terlalu menyarankan hal ini ya, karena akan berpengaruh buruk pada kesehatan. Aku sebetulnya masih begadang, tetapi pada saat-saat tertentu saja, misalnya ketika menemui tenggat yang sudah mepet.
Sebaliknya, jika tanggungjawabmu di rumah tidak terlalu banyak, kamu pasti punya waktu untuk melakukan pekerjaanmu. Aku lebih suka bekerja setelah aku selesai mengerjakan tanggungjawabku di rumah agar tidak kepikiran hal lainnya.
Tanggungjawab ini tidak pada keluarga saja, ya, tetapi juga pada diri sendiri dan Tuhan. Contohnya, kamu perlu 5x sholat wajib dalam sehari, tentukan pula jumlah sholat sunnah yang ingin kamu laksanakan setiap hari, pada pukul berapa kamu mengaji, kapan kamu mau sholat berjama’ah di masjid terdekat, dan lain sebagainya. Sementara pada diri sendiri bisa dengan tanggungjawab menjaga kesehatan fisik dan mental yang dapat kita atur pada penentuan jam kerja.
4. Atur Jam Kerja dan Buat Jadwal
Setelah kamu mengenal situasi pekerjaan, ambisi dan prioritas, serta tanggungjawab di rumah, kamu pasti lebih mudah menentukan ingin bekerja selama berapa jam per hari. Selain itu, kamu juga perlu menentukan hari libur kerja. Pada hari libur, kamu bisa menghabiskan waktu lebih banyak bersama anak-anak dan traveling di dalam kota untuk menyegarkan pikiran. Perlu kamu ketahui bahwa usia anak juga akan berpengaruh pada jam kerja.
Dulu, aku hanya bisa bekerja selama 1-2 jam perhari ketika anak-anakku masih bayi. Kadang, aku melibatkana ankku juga dalam pekerjaan, terutama apabila ada konten sponsor yang melibatkan anak serta event yang memperbolehkanku membawa anak.
Sekarang, anak-anakku sudah lumayan besar dan aku ada ART di rumah. Sehingga aku bisa bekerja selama 4-6 jam per hari dan aku bekerja 4-5 hari selama sepekan. Hasilnya, aku bisa memproduksi konten yang lebih banyak, bisa fokus mengerjakan tulisan untuk lomba, dan bisa melakukan pengembangan produk untuk persewaan bouncy castle yang aku kelola.
Jadi, Bunda, kalau kamu sedang memiliki anak bayi dan merasa sedih karena tidak bisa produktif, please buang jauh-jauh pikiran itu. Yang kamu rasakan itu normal, semua stay-at-home-mom juga mengalami rasa minder seperti itu. Nanti kalau anak sudah agak besar dan kamu sudah bisa menyewa jasa ART, pasti kamu bisa lebih banyak waktu untuk bekerja di rumah.
Setelah kamu bisa mengatur jam kerja yang kamu inginkan, buatlah jadwal. Contohnya, kita pakai point of view
5. Luangkan Waktu Me Time dan Kiddos Time Pada Pagi Hari
Aku pernah mengikuti parenting course dan ada satu nasihat yang sangat berguna. Nasihat dari pembicara masih aku terapkan sampai hari ini (selama aku bisa hehehe). Kutulis di sini agar kamu bisa membacanya juga.
“Luangkan waktu untuk dirimu pada pagi-pagi hari sebelum anggota keluarga bangun. Lakukan apapun yang kamu suka, berkebun, minum kopi atau teh, baca buku, atau sekadar leyeh-leyeh.”
Nasihat ini bertujuan agar kita bisa memenuhi kebutuhan diri dan mengisi energi sebelum “maju ke medan pertempuran selama seharian” hehehe. Nggak ding, maksudku, sebelum kita bertemu aktivitas lain yang melelahkan dan harus bersahabat sama teriakan anak-anak. Aku biasanya kalau pagi sebelum anak-anak bangun, ya ibadah dulu. Lalu, kadang leyeh-leyeh aja tanpa gangguan. Ini sepele tapi berharga banget buatku bisa tidur tanpa dinaikin anak-anak. Setelah itu, aku berjemur sambil makan buah. Kalau lagi mood dan memang ada jadwal, aku jalan pagi.
Kemudian, nasihat kedua, nih, tentang kebutuhan anak-anak. Nasihat ini mungkin akan berguna untuk kamu yang punya anak gampang tantrum dan demanding banget.
“Luangkan waktu minimal 10 menit pada pagi hari untuk anakmu. Kalau kamu punya dua anak, ya berarti 20 menit. Upayakan buat waktu yang berkualitas selama 10 menit itu untuk kamu dan anakmu saja, berdua saja, tanpa suami dan kakak/adik. Nanti kakak/adik bisa giliran.”
Kenapa pagi hari? Karena sama seperti kita, mereka butuh energi yang baik, mereka ada kebutuhan untuk kita perhatikan dan kita ajak bermain bersama. Pada 10 menit itu, upayakan bermain mainan yang dia sukai, biarkan dia yang memilih. Oh, ya, nggak pakai pegang henpon, ya! Kalau kamu bisa meluangkan waktu lebih dari 10 menit, itu tentu bagus. Waktu-waktu yang selanjutnya, dia bisa bermain bersama saudara atau kita titipkan pada ART atau kepada mertua/orang tua.
Mungkin kamu bisa meluangkan waktu pada malam hari. Ya boleh-boleh saja, tetapi, malam itu biasanya anak-anak sudah lelah, begitupun kita. Biasanya, kalau malam hari kita baru bisa menghabiskan waktu sama anak, bakalan agak drama. Ini pengalamanku pribadi, sih, hehehe. Aku sendiri menjalankan waktu yang berkualitas pada pagi dan malam hari. Kalau aku cuma punya waktu sebentar, aku biasanya “melayani” permintaan anakku. Seperti, kuambilkan susu dan cemilan pagi, kumandikan, dan kuantar ke sekolah.
Dengan kita bisa memenuhi kebutuhan pada diri dan anak-anak pada pagi hari, harapannya (dan biasanya) akan less drama seharian. Perlu kamu ingat bahwa ini nggak bisa instan, ya. Terapkan dulu secara konsisten selama 2 pekan dan coba evaluasi hasilnya.
6. Pahami Bahwa Pola Kerja Bisa Sangat Dinamis
Satu hal yang harus kamu ketahui bahwa jam kerja untuk IRT di rumah bisa sangat dinamis. Beda jauh sama ibu-ibu yang kerja kantoran dan memiliki jam kerja yang lebih teratur. Dua bulan lancar, bulan berikutnya kewalahan. Biasanya faktor ART yang pulang kampung, ada bencana, ada agenda mendadak, kehamilan yang tak terencana, itu bisa memengaruhi. Jadi, selalu tanamkan pada diri kita bahwa kita siap untuk beradaptasi dengan berbagai situasi.
7. Belajar Mengatur Kebutuhan dan Keuangan
Kepiawaian kita dalam mengatur keuangan juga akan membawa pengaruh pada waktu dan kualitas pekerjaan kita. Sebaiknya kita tahu kapan menginvestasikan uang untuk gadget yang mendukung pekerjaan, kapan kita perlu menyisihkan uang untuk upgrade skill, dan kapan sebagian uang kita sisihkan untuk amal serta tabungan.
Produktif Tidak Selalu Bernilai Uang
Kita mungkin sudah mengalokasikan waktu di rumah selama beberapa jam per hari. Cukup produktif, lah. Akan tetapi, mungkin produktifitas tidak sebanding dengan rupiah yang bisa kita peroleh. Tak perlu kita berkecil hati, ya, Bunda. Terkadang, produktifitas itu tak selalu bernilai uang.
Pekerjaan kita di rumah seringkali tanpa gaji bulanan yang tetap. Kita pun tidak langsung menghasilkan uang. Ada kalanya, kita menginvestasikan waktu dan karya untuk kita panen beberapa pekan atau bulan kemudian. Ada pula Bunda yang tidak mengejar nominal yang besar, asalkan bisa tetap beraktifitas dan ada pekerjaan yang bermanfaat.
Produktifitas itu tak selalu bernilai uang, ia bisa saja bernilai plus untuk kesehatan mental kita. Tak jarang kejenuhan akan rutinitas ibu rumah tangga mengganggu pikiran dan mengikis kepercayaan diri. Pekerjaan atau aktivitas yang kita upayakan di rumah, bisa menjadi sarana aktualisasi diri, menyalurkan hobi, atau menjadi ruang pribadi yang mampu bikin kita lebih happy.
Gunakan Tools yang Bisa Membantumu Mengatur Waktu
Kamu sudah membaca sampai sini, ya. Ini berarti sepertinya kamu sudah ada gambaran tentang tantangan yang kamu hadapi di rumah, solusi, upaya kamu dalam mengenali pekerjaan, serta strategi membagi waktu. Sekarang, tinggal teknisnya aja alias action-nya. Kamu bisa men-download berbagai aplikasi yang membantu pekerjaan dan mengatur waktu.
Beberapa aplikasi yang kusarankan adalah Google Docs, Google Spreadsheet, Catatan, Sticky Notes, dan aplikasi penjadwalan lain sesuai kebutuhan pekerjaan. Kamu juga bisa mencoret-coret di buku agenda. Intinya, gunakan tools apapun yang bikin kamu nyaman dan konsisten.
Apabila memungkinkan, kusarankan kamu sebaiknya membuat ruangan khusus bekerja. Ruangan tersendiri ini dapat membantumu untuk fokus dan agar anak-anak serta anggota keluarga yang lain dapat menghargai batasanmu ketika kamu sedang bekerja. Ruangan ini dapat berfungsi sebagai area menulis, membuat konten, menaruh barang dagangan, dan lain sebagainya.
Penutup
Bunda, terima kasih sudah membaca tulisanku sampai selesai tentang cara mengatur waktu untuk ibu rumah tangga yang bekerja di rumah. Semoga bermanfaat buat kamu yang masih kesulitan dalam mengatur waktu antara urusan domestik dan melakukan pekerjaan di rumah.
Apakah ada tanggapan dari kamu? Misalnya kamu punya uneg-uneg tantangan lain yang dihadapi oleh IRT yang bekerja di rumah, atau kiat dalam membagi waktu? Boleh, yuk, tulis di kolom komentar.
Ah terimakasih sudah membagikan tulisan ini. Karena jujur ini sedang aku butuhkan banget, dimana aku memiliki bayi 4 bulan dan masih ingin berkarya. Meskipun beberapa bulan ini sudah memulai berbagai tahapan membagi waktu agar tetap bisa mengurus anak, rumah, dan bekerja di rumah. Semoga bisa menjadi amal jariyah bunda biya ya. Salam kenal dari Madiun
BalasHapuswaaah kalo saya bayinya udah 7bulan. meski anak kedua ternyata makin riweuh dan kelabakan. saya jg tertolong baca tulisan mbak nabilla. sepertinya benar kudu bikin jadwal biar tertue
Hapuscus tips di artikel ini sangat membantu, terkadang IRT menghabiskan banyak waktu di rumah dengan scroll medsos aja hahaha
BalasHapusKeren, ini Mbak. Dan kuncinya memang itu 'kenali'. Dengan mengenali diri sendiri dan pekerjaan kita, maka pasti solusi akan didapatkan. waktu pun bisa diatur dna disesuaikan dengan aktivitas sendiri. Karena yang paling tahu dan paham kita, ya diri sendiri.
BalasHapusIbh rumah tangga justru paling sibuk ya. Ga ada jam kerjanya. Dan sepertinya waktu 24 jam masih kurang. Manajemen waktu jadi kunci biar semua terselesaikan
BalasHapustipsnya useful banget kak buat saya yang masih berantakan atur waktu di rumah, bisa saya terapkan niy, apalagi kalau sudha ada bayi ya, repotnya kayaknya minta ampun banget
BalasHapusWah menarik banget artikelnya mbak, mencerahkan. Bener banget ibu rumah tangga urusannya seabrek mulai urusan domestik n anak, harus bener2 teratur n terkoordinir y misal bekerja juga dr rumah
BalasHapusMasyaAllah, lengkap banget Mbak.
BalasHapuskirain tadi sekalian sediain free printable gitu di bagian tools :D
saya juga udah 2 tahun belakangan ini di rumah lagi (masiih ada 1 batita dan 1 balita) manajemen waktu masih berantakan tapi berusaha untuk bisa mengerjakan semuanya, apalagi juga punya 1 anak SD yang harus ditemani belajar karena belum sepenuhnya PTM.
semangat ya buat semua ibu bekerja di rumah :)
Yah drama anak pertama begitu sih, kita sebagai orang tua juga masih belajar menjadi orang tua baru. Jadi masih trial error juga dan meraba-raba. Semua teori parenting yang diperoleh juga ngga bisa pukul rata diterapkan pada setiap kondisi rumah tangga. Jadi fokus pada milestone anak, ngga udah tengok anak orang. Karena tiap anak punya 'waktu'nya sendiri.
BalasHapusJadi dapat pesan bermanfaat buat daku kala besok berumahtangga. Karena Ibu rumah tangga dengan seabrek rutinitas yang dilakoninya, perlu untuk mengatur manajemen waktu dengan baik.
BalasHapusbeberapa poin yang Mba Bila sebutkan sudah dipraktikkan sih. Masih kesulitan itu untuk lepas dari anak, makanya aku disiplinkan pake timer, jadwal dan lain sebagainya. Sedihnya ini bisa ancur kalau kita sedang nggak di rumah sendiri nih
BalasHapusAku juga merasa gabisa atur waktu pas awal2 punya anak huhu.. tapi seiring waktu alhamdulillah bisa lepas salah satu pekerjaan yg sebnernya bisa didelegasikan, dan itu membantu banget sih
BalasHapusAwal-awal emang stres jadi ibu di rumah aja tapi lama-lama terbiasa juga dan malah udah terlanjur nyaman di rumah sampai males jalan jauh-jauh wkwk.
BalasHapusSiapa bilang bekerja di rumah bisa sembarangan dengan waktu ya mom. Harus tetep terjadwal dan juga jelas apa yang jadi prioritas biar kerjaan bisa kelar tepat waktu
BalasHapusBagus gini ya Mbak,, setelah menginventaris masalah yg dialami, juga membuat tawaran solusinya ya, jadinya tidak stuck cm di masalahnya aja ya
BalasHapusi feel it mba, jadi working mom at home emang gak gampang. tapi jadi lebih mudah kalau terjadwal dan dibantu suami
BalasHapusNambah lagi nih pengetahuan tentang manajemen waktu, rasanya gak cuma IRT saja ya untuk melakukan manajemen waktu yang baik, semua orang baik itu pekerja atau IRT juga perlu menjalankan tips-tips di artikel ini.
BalasHapusBtwe, semangat untuk semua IRT yang tetap produktif.
entah kenapa, jadwal dan jam kerja di aku sangatlah tidak manjur hehe.. jadi ya sesuai dengan kebutuhan sajalah, kalau lagi capek nyuci baju, ya laundry, kalau males masak, yabeli wkwkwk yg penting anak gak riwil hihi
BalasHapusini sangat benar sekali mbak. perlu managemen waktu yang bagus bagi ibu yang bekerja di rumah. Agar semuanya tereselesaikan dengan baik
BalasHapusDulu waktu anak masih kecil dan saya kerja kantoran auto butuh asisten RT. Tapi sekarang anak2 sudah besar dan saya kerja di rumah ya untuk kerjaan ringan2 anak2 SDH saya kasih tanggung jawab. Makasih mba untuk artikelnya yg bermanfaat.
BalasHapusSeru banget ini yaa..
BalasHapusSetelah menjalani profesi Ibu beberapa tahun dengan kondisi yang kadang naik, kadang turun, semoga senantiasa diberi kemudahan dan kesehatan aja gitu yaa..
Menjadi Ibu memang kudu cerdas memgatur segala sesuatunya. Mmebuat skala prioritas ini akan sangat membantu sekali mendahulukan apa yang penting dan harus dikerjakan segera.
Jadi masukan buatku yang harusnya banyak memikirkan hal penting sebelum resign. Bukan karena terburu-buru lalu lupa manajemen setelahnya
BalasHapusMemang tidak mudah kalau bekerja di rumah. Apalagi kalau ada anak balita, tantangannya jadi triple. Kadang kalau suami tipe yang abai, wah, ga dianggap kerja keras istrinya. Dikiram cuma ngabisin uang aja. Lha malah curhat. wkwkwk. Habis baca tentang KDRT dan patriarki. Hihihi.
BalasHapusKalau saya sih sebisanya dan semampunya aja. Kalau butuh menulis tenang tak ada jalan lain kecuali saat anak tidur.
Sebagai blogger, saya ngerasain banget kerja dari rumah kyk gmna tp msh mending krn bisa atur waktu yah walaupun kdang harus begadang hikss
BalasHapus